Berlin, 3 Rajab 1436/22 April 2015 (MINA) – Ribuan imigran Turki di Jerman rencananya akan melakukan aksi demo di Berlin pada Sabtu (25/4) mendatang untuk memprotes tuduhan bahwa Kekaisaran Ottoman melakukan “genosida” terhadap bangsa Armenia pada tahun 1915.
Komunitas Turki di Berlin (TGB) yang menyelenggarakan demonstrasi, mengumumkan pada Selasa (21/4), diperkirakan ada 10.000 orang yang akan bergabung dengan aksi di ibukota Jerman itu.
Pengumuman itu dinyatakan sehari setelah pemerintah Jerman menggambarkan relokasi paksa bangsa Armenia di bawah Kekaisaran Ottoman sebagai “deportasi paksa dan pembunuhan massal di abad ke-20”, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dalam pernyataan bersama, TGB dan 14 LSM Turki lainnya menyatakan simpati terhadap penderitaan warga Ottoman Armenia dalam kondisi perang waktu itu. Namun mereka menolak klaim “genosida” yang tidak didukung oleh fakta sejarah.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Pada suatu masalah yang disengketakan, membaca peristiwa 1915 secara sepihak dengan tesis Armenia, tidak akan membawa kontribusi positif terhadap hubungan antara Turki dan Jerman, atau hubungan antara Turki dan Armenia,” kata pernyataan LSM.
Mereka menekankan, tidak hanya etnis Armenia, tetapi ratusan ribu warga Ottoman dari latar belakang etnis dan agama yang berbeda menderita selama Perang Dunia I.
Pemerintah Jerman mengumumkan pada Senin, akan mendukung rancangan mosi parlemen yang menggambarkan relokasi paksa Armenia pada 1915 sebagai “genosida abad ke-20”.
Langkah ini menandai pertama kalinya pemerintah Jerman menggunakan kata “genosida” ketika mengacu pada relokasi paksa Armenia pada 1915.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Negara-negara Eropa menyepakati “nasib Armenia selama Perang Dunia Pertama merupakan contoh bagi sejarah kehancuran massal, pembersihan etnis, deportasi paksa dan pembunuhan massal yang terjadi di abad ke-20”.
Langkah itu muncul setelah Parlemen Eropa mengadopsi resolusi Rabu (15/4) pelabelan peristiwa 1915 sebagai “genosida”, tiga hari setelah Paus Francis menyatakan hal yang sama, memicu kritik tajam dari pemerintah Turki.
Armenia dan diaspora Armenia telah menuntut permintaan maaf dan kompensasi untuk peristiwa 1915 dari pemerintah Turki. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas