Al-Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Ribuan Jama’ah Masjid An-Nubuwwah yang terdiri dari masyarakat dan santri Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Al-Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan menggelar Sholat Gerhana Bulan total, Selasa (8/11) ba’da Isya’.
Sebagai Imaam sholat sekaligus khotib gerhana bulan total ini adalah Da’i Muda Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Ustaz Nurkholid, MA., yang juga merupakan Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Shuffah Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud (STISA-ABM).
Nurkholid dalam khuthbahnya menekankan gerhana merupakan salah satu dari beberapa fenomena alam yang terjadi sejak dahulu, bahkan Rasulullah sendiri mencontohkan apa yang harus dilakukan saat terjadi gerhana.
“Menyikapi fenomena gerhana, orang tua kita dahulu mitosnya menganggap bahwa bulan dan matahari akan dimakan oleh raksasa jahat, lalu masyarakat berbondong-bondong keluar membawa alat yang dapat menghasilkan suara untuk mengusir raksasa tersebut. Padahal gerhana matahari dan bulan merupakan suatu peristiwa fenomena alam yang disikapi oleh Rasulullah dengan ritual ibadah,” jelasnya.
Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online
Ia melanjutkan, Rasulullah seumur hidupnya hanya sekali mengalami gerhana, yaitu gerhana matahari, karena dulu gerhana terjadi 10 tahun sekali. Tatkala Rasulullah melihat cahaya di bumi mulai meredup, maka ketika itu Rasulullah spontan bergetar dan menyeru para sahabat untuk sholat.
Saat khuthbahnya Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk banyak beristighfar membersihkan diri dari berbagai macam dosa, bertakbir, bertahmid dan banyak bersedekah.
Pantauan MINA di lokasi, sholat gerhana bulan total tetap dilaksanakan meskipun tertutup awan. Hal ini ditegaskan juga oleh Ketua DKM An-Nubuwwah, Ir. Dade Novirzal. Menurutnya meski tidak terlihat gerhana bulan di lokasi, namun sholat gerhana tetap dilaksanakan karena ada beberapa tempat yang terlihat gerhana bulan.
Sebelumnya, menurut pernyataan Pusat Observasi Falak dan Ruyat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di Jakarta, pada Selasa sore 14 Rabi’ul Akhir 1444 H/8 November 2022 M pukul 19.34 WIB matahari, bumi, dan bulan akan berada di satu garis yang lurus, dimana matahari terbenam di barat, bumi di tengah-tengah antara matahari dan bulan, sedang bulan terbit di timur maka cahaya matahari terhalang oleh bumi tidak tembus ke bulan maka terjadi gerhana bulan, oleh karenanya terbentuk bayangan bulat hitam yang merupakan bayangan bumi di bulan. (L/R12/P1)
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)