Tel Aviv, MINA – Ribuan pengunjuk rasa anti-rezim zionis Israel berbaris di Al-Quds dan berkumpul di luar rumah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menuntut perjanjian pertukaran tahanan.
Aksi protes berlangsung Kamis (27/6), para peserta berteriak melalui megafon dan menabuh snare drum, demikian Press Tv.
Massa aksi meneriakkan dukungan mencapai kesepakatan membebaskan tawanan Israel yang ditahan di Gaza oleh pejuang Palestina.
Para pengunjuk rasa juga menyerukan adakan pemilihan umum. “Kami telah ditinggalkan Pemilu sekarang!” kata pengunjuk rasa saat membacakan pernyataannya di kerumunan massa aksi.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Pada hari berikutnya, pengunjuk rasa memblokir jalan dan menyalakan api unggun besar. Berbeda dengan demonstrasi sebelumnya, protes kali ini tidak terjadi bentrokan dengan polisi yang berdiri di barikade.
Protes ini semakin sering terjadi dengan berkecamuknya perang di Gaza dan pertempuran gerakan perlawanan Hizbullah di Lebanon yang terancam meningkat.
Sekitar 250 warga Israel ditawan pada 7 Oktober tahun lalu, dalam pembalasan gerakan perlawanan Gaza terhadap entitas rezim Israel.
Rezim Israel merespons melancarkan serangan, sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 37.765 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Selama sepekan kesepakatan gencatan senjata disetujui pada November menghasilkan pembebasan 105 tawanan Hamas sebagai imbalan atas sekitar 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Gerakan ini kemudian menyetujui dua usulan gencatan senjata lagi.
Namun Tel Aviv menolak satu usulan dan menolak menanggapi usulan lainnya, hingga meningkatkan perang, yang menyebabkan kematian beberapa tawanan.
Israel yakin lebih dari 100 tawanan masih ditahan di Jalur Gaza dan lebih dari 70 di antaranya masih hidup.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Oposisi Israel mengatakan Netanyahu memperpanjang perang, karena ia yakin “masa depan politiknya” akan berakhir jika perang berhenti, sehingga berpotensi mengarah pada persidangan atas tuduhan korupsi di masa lalu.
Netanyahu menghadapi tuduhan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam tiga kasus yang diajukan pada tahun 2019. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant