Jakarta, MINA – Lebih dari 1.000 penulis, termasuk pemenang Nobel Prize, Booker Prize, Pulitzer Prize, dan Penghargaan Buku Nasional, menyerukan aksi boikot massal terhadap penerbit Israel. Alasannya karena pemimpinnya melakukan genosida terhadap Palestina.
Deklarasi massal ini merupakan boikot budaya terbesar terhadap lembaga budaya Israel dalam sejarah. Dikutip dari keterangan pers Palestina Festival of Literature, penulis yang masuk dalam daftar ini antara lain Sally Rooney, Annie Ernaux, Arundhati Roy, Viet Thanh Nguyen, Max Porter, Ocean Vuong, Percival Everett, Abdulrazak Gurnah, Rupi Kaur, Michelle Alexander, Judith Butler, Rachel Kushner, Jhumpa Lahiri, Valeria Luiselli, dan masih banyak lagi.
Para penandatangan ikrar tersebut mengatakan mereka tidak akan bekerja sama dengan penerbit, festival, agensi sastra, dan penerbitan Israel yang “terlibat dalam pelanggaran hak-hak Palestina”, termasuk menjalankan “kebijakan dan praktik diskriminatif” atau “menutupi dan membenarkan pendudukan, apartheid, atau genosida Israel”, dikutip dari The Guardian, Jumat (1/10).
“Kami, sebagai penulis, penerbit, pekerja festival sastra, dan pekerja buku lainnya, menerbitkan surat ini saat kami menghadapi krisis moral, politik, dan budaya paling mendalam di abad ke-21,” demikian pernyataan awal dari deklarasi itu.
Baca Juga: 300 Tokoh Arab Tuntut Menlu Inggris Minta Maaf atas Komentar Genosidanya
Seruan aksi boikot ini diselenggarakan oleh Festival Sastra Palestina (juga dikenal sebagai PalFest), yang menyelenggarakan festival tahunan dengan acara-acara publik gratis di kota-kota di seluruh Palestina pada 28 Oktober 2024.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Spanyol Kecualikan Israel dari Pameran Pertahanan dan Keamanan Internasional 2025