Ouagadougou, Burkina Faso, 9 Muharram 1436/2 November 2014 (MINA) – Pengambilalihan kekuasaan oleh militer di Burkina Faso setelah pengunduran Presiden Blaise Compaore, memicu protes di ibukota dan menuai kecaman internasional.
Ribuan orang berkumpul di alun-alun di pusat ibukota Ouagadougou, Ahad (2/11), mengecam perebutan kekuasaan oleh militer, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Setelah 27 tahun berkuasa di negara yang terkurung oleh daratan itu, kekuasaan Compaore harus berakhir pada Jumat setelah dua hari protes kekerasan oleh rakyat terhadap upayanya mengubah konstitusi untuk memperpanjang kekuasaannya.
Sebuah perebutan kekuasaan dilakukan Sabtu oleh Komandan Pengawal Presiden, Letnan Kolonel Isaac Zida dan diangkat sebagai pemimpin transisi yang didukung oleh para pejabat militer.
Baca Juga: Trinidad dan Tobago Umumkan Keadaan Darurat Pembunuhan
Seorang pejabat PBB pada Ahad bergabung dengan Amerika Serikat dan Uni Afrika menolak perebutan kekuasaan itu.
“Kami berharap untuk transisi dipimpin oleh sipil sesuai dengan konstitusi,” kata Mohammed Ibn Chambas, Kepala Kantor PBB untuk Afrika Barat.
Menurut konstitusi Burkina Faso, Ketua Majelis Nasional harus mengambil alih jika presiden mengundurkan diri.
Sebuah koalisi partai-partai oposisi dan kelompok masyarakat sipil bertemu Sabtu malam dan mengeluarkan pernyataan di mana mereka menggambarkan pengambilalihan militer sebagai “penyitaan kemenangan rakyat”. (T/P001/R03)
Baca Juga: Sebanyak 69 Migran Tewas Tenggelam di Lepas Pantai Maroko
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Sekjend PBB Khawatirkan Ketahanan Pangan Sudan yang Kian Buruk