Bandung, MINA — Ribuan warga Jawa Barat (Jabar) memadati kawasan Gedung Merdeka di Kota Bandung, Ahad (20/4), dalam aksi puncak solidaritas bertajuk “Solidaritas dan Doa untuk Palestina”.
Lokasi tersebut dipilih bukan tanpa alasan, di mana Gedung Merdeka adalah saksi sejarah Konferensi Asia-Afrika 1955, simbol perlawanan bangsa-bangsa dunia terhadap kolonialisme. Semangat anti-penjajahan itu kembali bergema, kali ini untuk Palestina.
Aksi yang dimulai sejak subuh tersebut merupakan penutup kegiatan long march dari Pusat Dakwah Islam (Pusdai), melewati Gedung Sate dan Bandung Indah Plaza (BIP), sebelum akhirnya berkumpul di titik akhir Gedung Merdeka. Di sinilah, suara-suara lantang kembali menggema, membawa pesan tegas, yakni tolak relokasi warga Gaza, dan perjuangkan hak mereka untuk hidup di tanah air sendiri.
Pernyataan sikap disampaikan oleh perwakilan aksi, terkait pernyataan Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, pada 9 April 2025 lalu mengenai rencana pemindahan sementara 1.000 warga Gaza ke Indonesia.
Baca Juga: Prediksi Cuaca di Jabodetabek Berpotensi Hujan Merata
Mereka menilai rencana tersebut dapat memperkuat agenda Israel untuk mendorong migrasi sukarela (voluntary migration), yang sejatinya adalah migrasi paksa akibat tekanan militer dan blokade.
“Membungkus pemindahan ini atas nama kemanusiaan tidak mengubah fakta bahwa itu adalah bentuk pemaksaan eksodus. Solusi kemanusiaan tidak boleh melanggengkan penjajahan,” ujar salah satu orator dari atas mobil komando.
Aksi ini juga menyerukan lima poin penting. Pertama, penolakan terhadap relokasi warga Gaza ke Indonesia, karena berpotensi melegitimasi kebijakan apartheid dan pembersihan etnis oleh Israel.
Kedua, desakan agar perbatasan Rafah dibuka, bukan untuk memindahkan penduduk, melainkan untuk mengalirkan bantuan kemanusiaan, logistik medis, dan material pembangunan bagi warga Gaza agar dapat bertahan di tanah mereka sendiri.
Baca Juga: Bulog Jambi Pastikan Beras Cukup Enam Bulan Kedepan
Ketia, dukungan terhadap langkah diplomasi Indonesia di Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang mendesak penghentian genosida.
Keempat, penegasan bahwa solusi di Gaza harus bersifat permanen, mencakup rekonstruksi yang dipimpin rakyat Palestina sendiri, serta penolakan terhadap segala bentuk normalisasi penjajahan.
Kelima, kemerdekaan penuh Palestina sebagai satu-satunya solusi adil dan bermartabat, selaras dengan semangat Konstitusi Indonesia yang menolak segala bentuk penjajahan.
Momentum aksi juga diwarnai dengan pembacaan puisi dan pertunjukan teatrikal yang menggambarkan penderitaan rakyat Palestina, mulai dari potret ibu-ibu kehilangan anak hingga simbol tubuh anak-anak Gaza yang terbungkus kantong kresek hitam.
Baca Juga: Gempa 4,6 Magnitudo Guncang Sumbar
Di setiap titik persinggahan, massa disuguhkan gambaran visual yang menyayat hati tentang krisis kemanusiaan yang berlangsung di Jalur Gaza.
Doa bersama menjadi penutup dari aksi damai ini. Massa kemudian membubarkan diri dengan tertib, meninggalkan pesan kuat: Palestina tidak sendiri. Dari Bandung, rakyat Indonesia kembali menyerukan bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menag Nasaruddin: Kuota Haji Lansia di Atas 70 Tahun Sebesar 7 Persen