Riezka Rahmatiana, Gemilang dengan Usaha Pisang Ijo Justmine

Oleh : Shobariyah Jamilah, wartawati Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Menjadi seorang pewirausaha butuh perjuangan ekstra keras untuk mendapatkan kesuksesan, bukan suatu hal yang mudah dan hanya angan-angan saja tanpa usaha tapi harus berani mengalami kegagalan untuk mencapai kesuksesan.

Seperti yang dialami seorang  ibu muda  bernama Riezka Rahmatiana. Wanita kelahiran Mataram 26 Maret 1986 tersebut, di usianya yang masih muda, berbagai penghargaan ia raih seperti Wirausaha Muda Mandiri 2008, UKM Terbaik Spirit Entrepreneur, Setia Adhikarya Mahasiswa, dan Pemuda Berprestasi 2010.

Bisnis yang digelutinya adalah makanan pisang ijo sejak 2007. Di tangannya, bisnis makanan khas dari Sulawesi Selatan itu sudah meng-Indonesia dan sampai ke Malaysia dan Korea.

Sukses itu membutuhkan perjuangan. Kerasnya tekad membawanya dari jeratan jatuh bangun bisnis yang pernah ditekuninya. Mulai dari usaha pulsa yang hanya bermodal 150.000 rupiah, laundry hingga warung makan, semuanya gagal.

Ia memulai usahanya sejak usia 18 tahun pada masa kuliah, tidak seperti teman-temannya yang lain menghabiskan waktunya dengan shooping, duduk-duduk, dan main-main yang hanya menghabiskan uang.

“Saya mulai dari coba-coba dan membagi waktu di sela-sela kesibukan setelah kuliah. Setelah kuliah saya tidak menghabiskan waktu begitu saja seperti teman yang lain, tapi saya mencoba usaha untuk membantu orang tua dan menambah uang saku, sedikit demi sedikit saya kumpulkan,” kata wanita SI Komunikasi di Universitas Padjadjaran Bandung itu.

“Bisnis itu yang paling utamanya adalah jujur dan amanah, jika kita sudah jujur dan amanah, maka produk kita bisa dipercayai oleh orang lain, karena banyak saat ini dibilangnya halal tapi tidak halal, tidak menjaga amanahnya sebagai pengusaha dan hanya memikirkan yang penting dagangannya laku habis terjual,” jelasnya.

Memulai Usaha Es Pisang Ijo

Baru di pertengahan tahun 2007, tabir sukses itu mulai tersingkap. “Awalnya saya mampir di sebuah restoran yang menjual es pisang ijo. Ternyata rasanya enak sekali. Lalu terpikir untuk mencoba bisnis jenis ini. Saya pun cari-cari resepnya dari internet,” kisah Riezka.

Ternyata tak semudah yang dibayangkan. Membuat es pisang ijo “Justmine” yang mantab membutuhkan kepiawaian dan talenta yang tinggi. Ia butuh waktu berbulan-bulan untuk mempelajarinya setelah mengalami banyak trial and error.

“Alhamdulillah, setelah terlunta-lunta selama beberapa bulan itu, akhirnya saya menemukan resep yang manjur, saya pun langsung jualan dengan menggunakan sebuah etalase di pinggir jalan,” kenang mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung ini.

Lagi-lagi usahanya mendapat tantangan. Betapa tidak dalam sehari hanya ada lima porsi yang terjual dengan untung sekitar 5000 rupiah, “Tapi saya pantang menyerah, dengan modal seadanya yaitu 2 juta saya terus berjuang agar minuman yang saya buat laris manis. Ketekunan saya pun berbuah manis, perlahan bisnis saya mulai dikenal banyak orang. Omsetnya pun naik, “Diakhir pekan saya bisa meraup untung 1 juta rupiah,” bebernya.

“Saya berjualan es pisang ijo di pinggir jalan depan Masjid Darut Tauhid, Bandung dan saya selalu mendengarkan ceramah Aa Gym, bahwa hidup itu harus sabar, tabah dan ikhlas. Kemudian saya praktekkan tausiyah Aa Gym tersebut dalam bisnis saya. Karena saya berjualan makanan yang tidak bisa tahan lama, hanya sehari saja jika sehari itu tidak habis, maka saya bagi-bagikan ke orang sekitar supaya berkah,” kata Riezka saat diwawancarai Mi’raj Islamic News Agency  (MINA) pada acara Customer Gathering oleh PT Pegadaian (Persero) dengan tema “Kiat Sukses Melejitkan Usaha” pada Selasa (31/5) di Jakarta.

JustMine”. Produk ini dikembangkannya dari makanan tradisional khas Makassar, terbuat dari bahan dasar pisang raja yang dibalut dengan tepung beras, dan diberi warna hijau alami dari daun suji.

Di tangan Riezka, pisang ijo ini diberi cita rasa baru dengan berbagai varian rasa, yaitu fla cokelat, vanila, strawberry, durian dan rasa orisinal pisang ijo khas Makassar. Lagi-lagi produk jajan pasar kreasi baru Riezka ini disukai para pecinta kuliner.

“Sebelum dipasarkan, saya memberi­kan sampel produk Pisang Ijo kepada teman-teman, rekan bisnis, dan keluarga. Ketika di awal mereka mengatakan rasanya kurang enak, Riezka dan timnya mencoba lagi sampai semua mengangguk puas. “Syukur akhirnya kami bisa menghasilkan produk yang optimal dan disukai banyak orang,” katanya.

Jatuh Bangun Menghadapi Tantangan

Jika kini terlihat perjalanan usaha Riezka berlangsung begitu mulus dan pesat, jangan menyangka ia tak pernah menghadapi rintangan. Tantangan pertama justru berasal dari lingkar dalam keluarganya sendiri. Orangtua Riezka menentang keinginan anak pertama mereka ini untuk mengembangkan potensi sebagai wirausaha dan memintanya agar fokus kepada kuliahnya.

Namun, si sulung bersikukuh pada pendiriannya. Ia ingin menjadi pengusaha, sehingga memiliki keleluasaan mengelola waktu dan pendapatan sendiri. “Saya ingin mempunyai kebebasan waktu, tidak terikat dengan pekerjaan atau bos di kantor,” katanya.

Maka sambil kuliah, pada 2006-2007, Riezka mencoba berusaha dengan menjadi distributor dari Tiens Group, perusahaan multilevel marketing produk makanan kesehatan. Dengan tekun ia menawarkan dagangannya kepada teman-teman kuliahnya. Hasilnya? “Lebih ba­nyak penolakan dan ejekan ketimbang dibeli,” ujarnya.

Kesuksesan yang direguknya itu siapa sangka bermula dari proses jatuh bangun yang panjang. “Pertama kali saya usaha adalah jualan pulsa, kemudian buka laundry dan warung makan, namun entah kenapa semuanya gagal. Saya pun membidik usaha lain berupa bisnis investasi. Ternyata saya malah hampir dibuat frustasi. Uang saya dan teman-teman sebesar 150 juta raib dibawa kabur,” kisahnya.

“Tapi dengan kegagalan tersebut, alhamdulillah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik lagi,” kata ibu muda dari dua orang anak tersebut.

Tapi ia kemudian menemukan jalannya dari es Pisang Ijo Justmine ini.  (L/P005/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Rudi Hendrik