Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rima Hassan, Suara Perlawanan dari Kapal Madleen Menuju Gaza

Ali Farkhan Tsani Editor : Rudi Hendrik - 17 jam yang lalu

17 jam yang lalu

41 Views

Rima Hassan (Al Jazeera)

RIMA Hassan Mobarak adalah seorang perempuan aktivis hak asasi manusia berdarah Palestina-Prancis.

Wanita berusia 33 tahun ini menjadi salah satu sosok yang bergabung dalam misi kemanusiaan “Freedom Flotilla – Madleen to Gaza”. 

Namanya tidak asing lagi dalam advokasi Palestina. Master Hukum Internasional lulusan Universitas Pantheon-Sorbonne ini dikenal vokal bersuara tentang kemanusiaan.

Rima selama ini aktif menyuarakan keadilan untuk Palestina di panggung politik dan media internasional.

Baca Juga: Safiya Saeed, Imigran Somalia yang jadi Walikota Sheffield

Perempuan hebat ini kelahiran Kamp Pengungsi Neirab, dekat Aleppo, Suriah, 28 April 1992.

Sejak kecil ia sudah mengenyam derita hidup di pengungsian. Dia adalah anak bungsu dari enam bersaudara, putri dari pasangan Nabiha dan Ahmad. Kakek-neneknya dari pihak ayah adalah warga Palestina dari Desa Al-Birwa, di dekat Acre. Mereka dipaksa mengungsi ke Suriah oleh kekejaman Nakbah 14 Mei 1948.

Rima kecil usia 9 tahun, bersama ibunya, saudara perempuannya dan empat saudara laki-lakinya, pergi ke Prancis. Keluarganya menetap di rumah sederhana di Niort, Distrik Deux-Serves.

Di Prancis inilah ia kemudian menuntut ilmu dari tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Hingga menjadi pengacara, politikus sekaligus sebagai aktivis kemanusiaan

Baca Juga: Rukhsana Ismail: Walikota Berjilbab Pertama di Rotherham

Aktivis Kemanusiaan

Aktivitas kemanusiaannya, mengemuka setelah Rima Hassan mendirikan Refugee Camps Observatory pada 2019. Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang didedikasikan untuk studi dan perlindungan kamp pengungsi di seluruh dunia. 

Pada 2023, ia mendirikan kolektif Action Palestine France. Pada tahun yang sama, ia bergabung dengan LA FRance Insoumise untuk mengikuti Pemilihan Parlemen Eropa. Ia pun kemudian terpilih menjadi anggota Parlemen Eropa pada tanggal 9 Juni 2024.

Tentu saja isu Palestina menjadi perhatian utamanya. Rima Hassan pernah  mengusulkan pembentukan “Negara Bi-Nasional yang demokratis” sebagai solusi atas konflik Israel-Palestina.

Baca Juga: Madleen Kullab, Nelayan Perempuan Gaza sebagai Nama Kapal Kemanusiaan

Dia juga sangat menyesalkan kenyataan bahwa warga Palestina yang telah diusir dari tanah air mereka tidak dapat kembali lagi tanah airnya sendiri. Dia juga menggunakan istilah “apartheid” untuk menggambarkan penindasan Israel terhadap warga Palestina.

Menyikapi perang Gaza, Rima Hassan bersikap kritis terhadap tindakan yang diambil oleh Israel. Ia mengutuk genosida terhadap warga Palestina dan impunitas Israel.

Pada Desember 2024, ia menyatakan bahwa setiap warga Prancis-Palestina harus dapat bergabung dengan perlawanan bersenjata Palestina.

Pada 24 Februari 2025, Rima Hassan ditolak masuk ke Israel sebagai bagian dari delegasi Uni Eropa-Palestina.

Baca Juga: Imam Syafi’i: Ulama Besar yang Lahir di Gaza

Hinga akhirnya, antusiame dirinya dalam membela Palestina, membuatnya bergabung dengan Freedom Flotilla Coalition (FFC). FFC adalah jaringan aktivis internasional yang dibentuk untuk menentang blokade ilegal Israel terhadap Gaza, yang diberlakukan sejak tahun 2007.

Kapal Madleen pun yang dikoordinir oleh FFC berangkat dari Pelabuhan Catania, Sisilia, Italia, pada tanggal 1 Juni 2025 di bawah bendera Inggris. Dan Rima Hassan ikut di dalamnya.

Keikutsertaannya dalam misi Madleen to Gaza, bukan hanya sebagai simbol solidaritas. Namun juga sebagai saksi hidup perjuangan rakyat Palestina yang terus dibungkam oleh blokade dan penjajahan Zionis Israel.

Kehadirannya, meski harus meninggalkan keluarga tercintanya, dan pekerjaannya, mempertegas bahwa perjuangan Palestina bukan hanya milik satu bangsa, tapi panggilan nurani seluruh manusia merdeka.

Baca Juga: Yahya Waloni, Dari Gereja ke Mimbar Dakwah Islam

Anggota Parlemen Eropa itu bersama 12 aktivis dari berbagai negara dan agama, mengarungi Samudera Mediterania (Laut Tengah) dari Pelabuhan Catania menuju Pantai Gaza. 

Para aktivis menantang blokade Zionis Israel di kapal Madleen itu, membawa pesan kemanusiaan, harapan, dan persatuan.

“Kami bukan musuh, kami pembawa pesan perdamaian,” tegas Rima.

Ya, suara Rima dan aktivis lainnya adalah gema dari rakyat yang ditindas, dan keberaniannya menjadi cahaya dalam gelapnya penjajahan.

Baca Juga: Leila Khaled: Pejuang Perempuan Palestina yang Ikonik dan Abadi dalam Sejarah Perlawanan

Ia dan rekan-rekannya memang kemudian dicegat, diculik dan ditahan oleh pasukan Zionis Israel. Bantuan yang mereka bawa pun mungkin tidak seberapa cukup untuk jutaan warga Gaza.

Namun semangat mendobrak blokade Gaza, membantu warga di dalamnya, menghentikan genosida, dan menghentikan perang, bernilai sangat besar bagi kemanusiaan.

Rima Hassan dan sahabat-sahabatnya tidak gagal. Tetapi telah berhasil membuka mata dunia untuk sama-sama bergerak atas nama kemanusiaan, membela Palestina. 

Kapal Madleen boleh ditahan. Para aktivis di dalamnya bisa saja dipenjara, atau dideportasi ke negaranya masing-masing. Namun akan datang lagi secara bergelombang manusia-manusia yang masih punya jiwa kemanusiaan akan datang lagi dan datang lagi dan datang lagi ke Gaza. 

Baca Juga: Shaukat Ali Khan (1873-1938): Pejuang Kemerdekaan India dan Pendukung Besar Palestina

“Stop Genocide! Save Gaza! Free Palestine!”. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Raja Faisal: Sang Raja Pemberani Pembela Palestina

Rekomendasi untuk Anda