Oleh: Ali Farkhan Tsani, Duta Internasional Al-Quds
Hati orang beriman pasti terasa sedih ketika dia melihat bangsa yang para Nabi hidup di sana, diklaim dengan picik oleh Zionis Israel dan didukung penuh Amerika Serikat.
Ketika orang Amerika Serikat memindahkan kedutaan besarnya ke dekat Al-Aqsha. Lalu, ke manakah kedutaan besar negara-negara Islam?
Dan ketika aksi boikot ramai di negeri-negeri Barat, langkah itu ditertawakan.”Anda pikir boikot itu akan mempengaruhi mereka atau mereka menjadi lumpuh?” Sanggah orang-orang.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Hanya orang-orang lemah yang mengira bahwa Amerika Serikat itu adalah Superman, Spiderman, Batman, dan pahlawan super lainnya yang terbang di langit dan memotong baja dengan tangan kosong. Yang tak bisa diusik dengan boikot sahaja.
Ini adalah soal krisis kepercayaan diri dan kelemahan dalam pengambilan keputusan yang menimpa banyak negara, yang mencerminkn pada ketidakmandirian mereka. Dan membawa mereka ke ketergantungan dalam bentuk paling jelek kepada adi kuasa.
Jadi jangan kaget ketika seseorang menganggap bodoh pada daftar boikot dan alternatifnya, dan berkata kepada Anda untuk menurunkan alternatif boikot.
Tidak heran, ide boikot sebenarnya sederhana saja. Tapi ini jauh dari kepalsuan kehidupan dan makna gentleman dan tekad. Agar tidak akan melemah pada generasi bangsa ke generasi berikutnya, atas rahmat Allah.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Faktanya adalah bahwa krisis boikot mencerminkan krisis di bidang identitas, pendidikan, kemauan, dan tekad umat Islam. Serta krisis dalam memahami kesetiaan dan ketulusan, serta kekuatan kepemilikan bangsa ini dan memikul tanggung jawab terhadap solidaritas Al-Aqsha dan Palestina keseluruhan.
Aksi boikot terhadap produk-produk yang mendukung penjajahan memang bukanlah menjawab kemenangan. Namun ini mencerminkan keinginan, pengendalian nafsu dan stabilitas identiras diri. Para ilmuwan menyebutnya sebagai inovasi perjuangan oleh orang-orang yang memiliki gairah dan trend dukungan.
Masalahnya bukan pada nilai material boikot secara material. Namun jauh ke dukungan moral dan psikologis di bidang pertempuran panjang. Ini sebenarnya adalah bahwa banyak orang di negara ini telah lalai mengambil tanggung jawab dan memaksimalkan setiap upaya yang diminta darinya.
Maka, pada akhirnya aksi boikot adalah salah satu kunci utama kemenangan, insya-Allah. Ini karena boikot adalah kemenangan di bidang nilai-nilai dan langkah menuju kemerdekaan Palestina di semua bidang, dan pembebasan dari ketergantungan dan dominasi produk-produk keseharian. Ini menyangkut adat, tradisi, nilai-nilai dan konsep perjuangan.
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
Boikot dalam arti luas adalah kemenangan atas syaitan, termasuk boikot merokok, yang selama ini menjadi tradisi Barat. Sementara sebagian besar dari mereka yang paham kesehatan, ekonomi dan masa depan, telah meninggalkan kebiasaan merokok tersebut.
Mereka telah memboikotnya sendiri, dan membiarkan bangsa lain menikmatinya. Sementara mereka tetap mendapatkan keuntungan dari penikmatnya. Keuntungan ekonomi dan kesehatan sekaligus. Sementara bangsa penikmat rokok mendapatkan kerugian kesehatan dan ekonomi.
Boikot adalah kemenangan atas kemauan dan tekad dan kembalinya hidup ke tangan umat pemenang. Karena boikot itu sesungguhnya sangat berbahaya bagi perekonomian mereka dan perang terhadap sumber daya untuk mendukung entitas penjajah itu. Mereka membutuhkan jumlah sangat besar untuk bertahan hidup bagai pulau yang terisolasi dari negara-negara tetangga.
Aksi boikot itu hakikatnya adalah kemenangan dalam perang psikologis, yang mengakibatkan kekalahan psikologis di semua tingkatan. Karenanya mereka terus berusaha bagaimana melemahkan gerakan boikot dan berusaha menghilangkannya seiring waktu.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Pada akhirnya, secara akidah perjuangan umat, boikot adalah kemenangan di bidang kembali ke Sunnah, di mana umat terbebas dari makanan, minuman, pakaian dan gaya hidup dengan cara Barat.
Maka, pertempuran boikot adalah bagian dari pertempuran identitas Islam.
Wahai umat Islam, kaum Muslimin dan Muslimat. Janganlah kita secara langsung atau tidak langsung ikut mendukung pembongkaran Masjid Al-Aqsha dengan uang kita, dan jangan membantu musuh kita untuk membunuh umat Islam dengan uang kita juga.Ini adalah risalah seruan Al-Aqsha. Ini adalah seruan untuk membebaskan bangsa ini dari ketergantungan dan langkah menuju kemuliaan dan kemakmuran.
Undangan ini ingin membuat kita semua bertanggung jawab dan Al-Aqsha jawaban kita. Ini adalah undangan tekad, gerakan penyadaran pertobatan dan kehormatan
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Duhai Al-Aqsha, kalian tidaklah sendirian. Masih ada para penyeru, pembela dan pendukung Anda. Mereka memiliki gerakan yang tidak akan pernah berhenti, dan tidak akan pernah melambat. Karena, itu sudah menjadi janji Allah di dalam Surat Al-Isra.
Al-Aqsha Haqqquna akan terus bergema dan akan terus membahana. (A/RS2/P1)
Rujukan Inspirasi : Risalah Nashratul Aqsha. Dr. Sa’ad Athiyah Fayadh.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis