Jakarta, MINA – Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) memiliki peran penting dalam membangun daya saing serta meningkatkan kesejahteraan sosial dan keadilan.
Hal tersebut dikatakan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir saat memberi kuliah umum bertajuk ‘Kebijakan Nasional Pendidikan Tinggi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0’ di Kampus FEB UHAMKA, Ciracas, Senin (5/3).
Terlebih, tambah Nasir, memasuki era Revolusi Industri 4.0, bangsa Indonesia harus mampu mengeksplorasi diri agar dapat berdaya saing. Pasalnya, dampak dari globalisasi dapat melemahkan kedaulatan nasional.
Baca Juga: Pesantren Shuffah Al-Jamaah Tasikmalaya Jalin Kerja Sama dengan UIN Syarif Hidayatullah
“Pendidikan tinggi dan pelatihan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta inovasi dan ratifikasi bisnis dianggap mampu mengurangi kesenjangan sosial,” ujarnya.
Untuk itu, di depan civitas akademika UHAMKA Menteri Nasir menjelaskan, kebijakan baru pemerintah dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 khususnya program kelembagaan, pembelajaran, dan kemahasiswaan. Diantaranya reorientasi kurikulum untuk membangun kompetensi yang diperlukan oleh revolusi industri 4.0, dimana membebaskan nomenklatur program studi untuk mendukung pengembangan kompetensi industri 4.0.
“Saya selalu menekankan bahwa prodi harus menyesuaikan perkembangan zaman. Tidak harus terikat nomenklatur yang ada. Yang penting adalah rumpun ilmunya,” ujarnya.
Di samping itu, Menteri Nasir juga membeberkan kebijakan lainnya yaitu membangun teaching factory industri 4.0 dan melaksanakan perkuliahan online.
Baca Juga: Rancang Baterai Kendaraan Listrik, Tim Peneliti UIN Ar-Raniry Raih Dana Hibah 5 Miliar
Lebih jauh dijelaskan Menteri Nasir, perkuliahan online atau Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan tinggi secara fleksibel lintas ruang serta waktu dengan menggunakan teknologi informasi.
Sistem perkuliahan online ini bisa dilaksanakan pada mata kuliah, prodi, dan perguruan tinggi yang telah berbasis cyber university. Indonesia sendiri memiliki Universitas Terbuka (UT) yang telah dikembangkan lebih lanjut, yang berperan sebagai Cyber University of Indonesia.
“Pelaksanaan PJJ harus memerhatikan kualitas, memenuhi standar PJJ yang meliput aspek sumberdaya, tata kelola, sarpras, capaian dan penyelenggaraan pembelajaran,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Nasir pun mendorong UHAMKA ikut mendukung program pemerintah untuk mengembangkan PJJ. Tak hanya itu, Nasir juga mengapresiasi UHAMKA yang telah mendapatkan akreditasi A diantara 18 perguruan tinggi lain yang telah terakreditasi A. (R/R09/P2)
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Mi’raj News Agency (MINA)