Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rohingya di Tambru Siang Hari Dapat Peringatan, Malam Dapat Tembakan

Rudi Hendrik - Kamis, 15 Februari 2018 - 14:31 WIB

Kamis, 15 Februari 2018 - 14:31 WIB

94 Views

Pengungsi Rohingya. (Foto: vocfm)

rohingya.jpg" alt="" width="702" height="336" /> rohingya/">Pengungsi Rohingya. (Foto: vocfm)

Tambru, MINA – Muslim Rohingya yang kini berada di Tanah Tanpa Manusia di Tambru, antara perbatasan Bangladesh dan Myanmar, mengatakan bahwa mereka mendapat peringatan di siang hari dan tembakan di malam hari.

Seorang pria Rohingya bernama Md Arif mengatakan, polisi perbatasan mengeluarkan peringatan kepada rohingya/">pengungsi Rohingya menggunakan pengeras suara agar meninggalkan daerah itu dan pulang ke Rakhine, negara bagian Myanmar tempat mereka berasal.

Namun di malam hari, penjaga perbatasan mematikan lampu dan menembakkan tembakan untuk menakut-nakuti pengungsi.

“Bagaimana kami bisa kembali ke desa kami jika aparat keamanan terus bertindak seperti ini?” kata Arif kepada Dhaka Tribune yang memberitakannya Rabu (14/2).

Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang

Dia mengatakan bahwa pemerintah Bangladesh telah mengambil semua informasi yang diperlukan untuk mengirim mereka ke kamp-kamp di Upazila Ukhiya, Cox’s Bazar, tapi tidak ada kemajuan hingga saat ini.

Situasi para pengungsi yang tinggal di Tanah Tanpa Manusia telah memburuk setelah kunjungan Wakil Menteri Dalam Negeri Myanmar Mayjen Aung Soe, bersama dengan tim delegasi dari Kementerian Dalam Negeri ke daerah tersebut pada 8 Februari.

Tim tersebut meminta orang-orang Rohingya di Tambru untuk kembali ke rumah mereka di Rakhine dengan menerima kondisi yang ditawarkan oleh Pemerintah Myanmar.

Namun, rohingya/">pengungsi Rohingya lebih memilih tidak mau pulang ke Rakhine. Bahkan setelah tekanan kuat yang diajukan oleh keamanan perbatasan dan Angkatan Darat Myanmar, para pengungsi tetap menolak meninggalkan Tanah Tanpa Manusia karena takut kembali ke desa mereka.

Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant

“Hampir semua orang yang tinggal di kamp darurat tidak ingin kembali ke Myanmar, kecuali jika pemerintah mengakui mereka sebagai warganegara mereka sendiri,” kata Mohammad Siddique, seorang pria Rohingya tua dari desa Deingla di kota Maungdaw di Rakhine.

Setelah 25 Agustus 2017, lebih dari 10.000 orang Rohingya berlindung di tanah antara perbatasan kedua negara. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Rusia Serang Ukraina Pakai Rudal Korea Utara

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Internasional
Wapres RI Ma'ruf Aamiin menghadiri acara Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-44 dan ke-45 di Vientiane, Laos, Rabu (9/10/2024) (Foto: Setwapres RI)
Asia
Asia
Internasional