ROHINGYA KEMBALI BANGUN RUMAHNYA SETELAH RAJA NORWEGIA PERGI

Seorang Rohingya bersama anaknya

Seorang Rohingya bersama anaknya
Seorang bersama anaknya berada di gubuk yang dihancurkan otoritas Myanmar untuk menyambut kedaatangan Kerajaan Norwegia

Irrawedy 19 Shafar 1436/12 Desember 2014 (MINA) – Etnis Rohingya yang hidup di tepi sungai Irrawaddy, kembali membangun rumahnya. setelah digusur oleh otoritas setempat untuk menyambut Raja Norwegia Harald dan Ratu Sonya.

Lebih dari 400 keluarga yang tinggal di perkemahan darurat secara paksa dihancurkan dan rumah mereka dibuldoser, pejabat setempat menyatakan mereka ‘penghuni liar’ yang akan ‘merusak pemandangan’ jika tetap dibiarkan berada di sini saat kunjungan raja.

Kementerian Luar Negeri Norwegia telah mengirim surat kepada pemerintah Myanmar terkait kekecewaan mereka setelah kunjungan hari  Jum’at (5/12). “Sangat disayangkan. Myanmar tidak memperhatikan nasib warga Muslim sehingga mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan. RNA melaporkan seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.

Para pejabat kementerian luar negeri Norwegia juga berpendapat, mestinya yang dilakukan pemerintah Mynamar adalah menyelesaikan masalah kemiskinan yang dialami warganya melalui pengembangan, bukan malah menyembunyikannya. “Itulah sebabnya Norwegia terlibat langsung di Myanmar,” katanya.

Raja menyesal Muslim Rohingya diusir. Para bangsawan Norwegia telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Myanmar pekan lalu yang berakhir di Mandalay. Kapal mereka berlabuh di tempat kumuh yang baru saja dihancurkan dan mengusir warga yang tinggal di sekitar pantai untuk menghilangkan jejak.

“Saya menyesal mendengar, pihak berwewenang Myanmar telah menggusur paksa keluarga miskin di Mandalay,” katanya seperti yang ditulis dalam situs Newsinenglish.

Raja dan ratu Norwegia telah banyak berkontribusi untuk Myanmar dengan menyumbangkan sejumlah besar bantuan selama bertahun-tahun untuk membantu memerangi kemiskinan di negara ini. Namun Raja Harald kecewa, karena selama lima hari perjalanan di Myanmar, mereka tidak bisa bertatap muka dengan warga miskin di sana, karena telah diusir.

Sekarang, utamanya orang tua dan anak-anak berstatus tunawisma, menghadapi penyakit dan tidak ada penanganan lebih lanjut. Mereka dipaksa mencari tempat lain untuk bekerja.
Sejauh ini pihak berwenang Myanmar tidak tersedia untuk berkomentar. (T/P004/R04)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0