Teheran, MINA – Presiden Iran Hassan Rouhani bersumpah, negaranya tidak akan menyerah pada tekanan Amerika Serikat (AS) dan tidak akan pernah meninggalkan tujuannya meskipun diserang.
Sebelumnya pada Kamis (23/5) itu, Panglima Militer Iran mengatakan bahwa kebuntuan antara Teheran dan Washington adalah “bentrokan keinginan”. Ia memperingatkan, musuhnya akan menemui perlawanan yang menghancurkan, demikian kantor berita Fars melaporkan.
Ketegangan meningkat antara kedua negara setelah Washington mengirim lebih banyak perangkat keras militer ke Timur Tengah termasuk kapal perang, dalam unjuk kekuatan terhadap apa yang dikatakan para pejabat AS sebagai ancaman Iran terhadap pasukan dan kepentingannya di kawasan itu.
Setelah menarik diri dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015 bersama kekuatan dunia, Presiden AS Donald Trump memulihkan sanksi terhadap Iran tahun lalu dan memperketatnya bulan ini. Trump memerintahkan semua negara untuk menghentikan impor minyak Iran atau menghadapi sanksi dari AS juga.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Lebih dari satu tahun setelah pengenaan sanksi berat ini, orang-orang kami tidak tunduk pada tekanan, meskipun menghadapi kesulitan dalam hidup mereka,” kata Rouhani seperti dikutip oleh kantor berita nasional IRNA, demikian Al Jazeera melaporkan.
Hal itu Rouhani sampaikan dalam upacara memperingati perang Iran-Irak 1980-88.
“Kita perlu perlawanan sehingga musuh kita tahu bahwa jika mereka mengebom tanah kita, dan jika anak-anak kita mati syahid, terluka atau diambil sebagai tahanan, kita tidak akan memberikan tujuan kita untuk kemerdekaan negara kita dan kebanggaan kita,” tegasnya. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj News Agency (MINA)