Khartoum, MINA – Krisis kesehatan di Sudan semakin memburuk setelah Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) menyerang dua fasilitas medis dan kawasan pemukiman di El Obeid, Kordofan Utara, Kamis (30/5).
Laporan militer Sudan mengatakan serangan tersebut menyebabkan enam orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka.
Salah satu fasilitas yang terdampak adalah Rumah Sakit Al-Daman, yang mengumumkan penghentian operasional “sampai pemberitahuan lebih lanjut” akibat serangan tersebut.
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya krisis kesehatan di ibu kota Sudan, Khartoum, yang sedang dilanda wabah kolera. Para dokter berjuang merawat pasien di tengah kelangkaan pasokan medis, runtuhnya sistem layanan kesehatan, dan penyebaran penyakit yang semakin cepat.
Baca Juga: Gelombang Tsunami Capai Hawaii setelah Gempa Dahsyat Rusia
“Kami menggunakan segala cara yang tersedia untuk menahan penyebaran dan merawat pasien yang terinfeksi,” ujar Dr. Hamad Adel dari Lembaga Médecins Sans Frontières (Doctors Without Borders), mengutip Al Mayadeen.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan keprihatinan mendalam atas serangan terhadap fasilitas kesehatan tersebut.
“Serangan terhadap rumah sakit dan tenaga medis harus dihentikan segera. Semua infrastruktur kesehatan dan pekerjanya harus dilindungi,” kata Tedros dalam pernyataan resmi WHO.
Sementara itu, Direktur Komite Penyelamatan Internasional (IRC) di Sudan, Atezaz Yousuf, memperingatkan bahwa negara itu berada di ambang bencana kesehatan masyarakat yang luas.
Baca Juga: Temuan Investigasi Baru: Tentara Israel Dilatih di Inggris Selama Genosida Gaza
Hal ini diperparah dengan laporan dari Program Pangan Dunia (WFP) PBB bahwa salah satu fasilitasnya mengalami kerusakan parah akibat penembakan berulang dari RSF.
Sejak meletusnya perang pada April 2023 antara Panglima Militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin RSF, Mohamed Hamdan Daglo, puluhan ribu warga Sudan dilaporkan tewas, dan lebih dari 13 juta lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut konflik bersenjata ini sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia saat ini dalam hal kelaparan dan pengungsian.
Sudan kini secara de facto terbagi. Militer menguasai wilayah tengah, utara, dan timur, sedangkan RSF mengendalikan sebagian besar Darfur dan sejumlah wilayah di selatan.[]
Baca Juga: Konferensi PBB Tetapkan Batas Waktu 15 Bulan Pembentukan Negara Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)