“Saat ini, harga bahan bangunan bertambah mahal dan ditambah dengan perbatasan Rafah ditutup total akibat pengaruh konflik Mesir maka semakin sulit untuk memasok pengadaan barang dan bahan bangunan dari Mesir ke Jalur Gaza,” kata Edy Wahyudi, seorang relawan RSI Gaza kepada MINA (Mi’raj News Agency), Rabu malam (21/8).
Hampir seluruh terowongan ditutup militer Mesir sejak kudeta militer terhadap Presiden Mesir, Muhammad Mursi, Rabu (3/7).
Rakyat Palestina di Jalur Gaza terpaksa menggunakan terowongan sebagai satu-satunya urat nadi untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka akibat blokade Israel terhadap daerah kantong itu sejak Juni 2007.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Sementara perbatasan Rafah yang menghubungkan wilayah Mesir-Jalur Gaza (Palestina) adalah satu-satunya pintu penyeberangan melalui darat yang tidak dikontrol oleh Israel. Melalui pintu perbatasan inilah warga Gaza dapat terhubung ke dunia luar.
Edy mengungkapkan, saat situasi semakin memburuk dengan kebijakan penutupan terowongan dan penutupan perbatasan Rafah mengakibatkan kekurangan pasokan kebutuhan pokok dan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM), proses pembangunan RSI Gaza masih terus berlangsung dengan dukungan dari penduduk dan pemerintah Palestina di Jalur Gaza.
“Alhamdulillah, penduduk Palestina di Jalur Gaza termasuk Pemerintahnya juga membantu kami dalam pembangunan Rumah Sakit ini. Pemerintah Gaza juga membantu kami dengan memberikan bantuan solar dan gas,” ungkapnya.
Dia juga mengatakan, sejauh ini perkembangan RSI Gaza sudah mencapai tahap pekerjaan elektrikal, pemasangan instalasi listrik dan kabel; instalasi pengadaan air bersih; pengecetan bagian luar dan dalam gedung hingga Proses Memasukan pompa air kedalam sumur bor.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Saat ini, para relawan RSI juga sedang melakukan pemasangan keramik lantai ruangan RSI berukuran 33,3 x 33,3 cm.
Lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sebagai inisiator pembangunan RSI Gaza, dalam pembangunannya bekerjasama dengan Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia yang telah mengirim 33 relawannya ke Jalur Gaza.
Pekerjaan pembangunan RSI yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza Utara, Palestina itu dilakukan oleh relawan Indonesia yang seluruhnya sukarelawan tidak dibayar (unpaid volunteers). Pembangunan RSI dijadwalkan selesai akhir tahun 2013.
Rumah Sakit itu sendiri menjadi tempat untuk pemulihan trauma dan rehabilitasi bagi warga Palestina di Jalur Gaza yang menjadi korban konflik bersenjata Palestina-Israel. Fasilitas itu dapat menampung sedikitnya 100 pasien.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
RSI di Jalur Gaza menjadi bukti silaturahim jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina di mana seluruh dananya berasal dari masyarakat Indonesia. Semua donasi berasal dari rakyat Indonesia yang sebagian besar kalangan menengah ke bawah, dari Sabang hingga Merauke. (L/P010/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara