RUKHSANA ISMAIL, seorang perempuan Muslimah keturunan Pakistan, mencatat sejarah sebagai Walikota Muslimah pertama di Rotherham, Inggris, untuk periode 2025–2026. Keberhasilannya menjadi wanita berjilbab pertama yang menjabat di posisi ini mencerminkan kemajuan besar dalam politik inklusif di Inggris, sekaligus menginspirasi komunitas Muslim di seluruh dunia.
Sebagai tokoh dari komunitas minoritas, pencapaian Rukhsana membuktikan bahwa perempuan Muslim di Inggris juga memiliki ruang untuk memimpin dan berkontribusi di panggung politik lokal. Kisah kepemimpinannya kini menjadi sorotan dalam wacana keterwakilan dan keberagaman dalam pemerintahan Inggris.
Sebelum dipercaya menjadi Walikota Rotherham, Rukhsana aktif sebagai anggota dewan lokal Rotherham East. Dalam peran tersebut, ia konsisten memperjuangkan hak-hak kelompok rentan, seperti penyandang disabilitas, korban kekerasan dalam rumah tangga, dan kaum lansia. Rekam jejak pengabdiannya menunjukkan dedikasi kuat dalam pelayanan publik berbasis empati dan keberpihakan sosial.
Di luar dunia politik, Rukhsana juga berkiprah sebagai pejabat magistrate, CEO lembaga amal, hingga wakil ketua serikat pekerja Unison Sheffield. Semua itu membentuk karakter pemimpin yang berangkat dari akar perjuangan sosial, bukan sekadar karier politik biasa.
Baca Juga: Madleen Kullab, Nelayan Perempuan Gaza sebagai Nama Kapal Kemanusiaan
Pengangkatan Rukhsana sebagai walikota bukan sekadar penunjukan administratif. Ini adalah pesan kuat tentang inklusivitas dan keterbukaan. Dalam acara pelantikannya, tampak jelas betapa peristiwa ini menyentuh hati banyak orang. Dengan anggun, Rukhsana menyampaikan bahwa ia ingin menjadi contoh bahwa “identitas Muslimah dan kepemimpinan publik bisa berjalan beriringan.”
Bagi komunitas Muslim di Inggris, khususnya para perempuan muda yang mengenakan jilbab, kehadiran Rukhsana adalah angin segar. Ia menjadi bukti bahwa politik tak harus dimonopoli oleh stereotip mayoritas, dan bahwa setiap suara, tak peduli dari kelompok mana, punya hak untuk terdengar.
Misi Sosial yang Membumi
Sebagai walikota, Rukhsana memilih fokus pada misi-misi sosial yang membumi. Ia mendukung lembaga-lembaga seperti Rotherham Hospice, Age UK, Sense (bagi penyandang disabilitas), serta Apna Haq, organisasi yang mendampingi perempuan korban kekerasan domestik.
Baca Juga: Imam Syafi’i: Ulama Besar yang Lahir di Gaza
Tidak hanya duduk di balik meja, ia aktif mengunjungi komunitas, mendengar keluhan warga, dan memimpin aksi nyata. “Jika saya bisa sampai di sini,” ujarnya suatu kali, “anak-anak perempuan dari komunitas saya pun bisa.”
Tentu, sorotan terhadap identitas Muslimah-nya tak terhindarkan. Tapi Rukhsana tidak ingin dikenal hanya karena itu. Ia ingin dikenang karena kerja kerasnya, pengabdiannya, dan kontribusinya bagi masyarakat.
Kehadirannya di arena politik adalah penegasan bahwa keberagaman bukan sekadar jargon, melainkan kenyataan hidup yang harus diberi ruang. Ia membuktikan bahwa latar belakang etnis atau agama tidak mengurangi kapasitas seseorang untuk memimpin.
Kisah Rukhsana Ismail adalah kisah perubahan zaman. Ketika dunia masih bergulat dengan isu diskriminasi, Rotherham justru tampil dengan keberanian untuk merangkul keberagaman. Dan di tengah itu, berdirilah Rukhsana, teguh, hangat, dan penuh harapan. []
Baca Juga: Yahya Waloni, Dari Gereja ke Mimbar Dakwah Islam
Mi’raj News Agency (MINA)