Tripoli, 16 Ramadhan 1437/21 Juni 2016 (MINA) – Gejolak yang terjadi di Kota Benghazi, Libya Timur telah menyebabkan kota tersebut terus digempur perang hingga salah satu rumah sakit anak di kota itu berada dalam ambang penutupan.
World Bulletin yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa, melaporkan bahwa pihak rumah sakit saat ini menghadapi kekurangan pasokan obat-obatan dan peralatan medis yang berkualitas suatu keadaan yang telah menyebabkan beberapa korban jiwa terbaru, di kalangan pasien anak.
“Akibat kekurangan baik peralatan obat-obatan dan tenaga medis, jumlah kematian anak meningkat disebabkan penyakit kanker dan ginjal,” kata juru bicara rumah sakit, Hoda Al-Kwiri.
Ia kemudian mengeluh bahwa banyak rumah sakit membutuhkan bantuan, sebagian besar akibat tidak adanya tanggung jawab akibat perang.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
“Kami sangat membutuhkan peralatan medis yang akan memungkinkan kita untuk mendeteksi penyakit tumor dan memberikan obat yang tepat,” tegas Al-Kwiri.
Ia memperingatkan”kecuali kami menerima bantuan mendesak, rumah sakit akan dipaksa untuk tutup karena kurangnya berkelanjutan obat-obatan dan peralatan medis”.
Libya dalam tindakan kekerasan dan kekacauan sejak 2011, ketika pemberontakan berdarah berakhir dengan lengser dan kematian mendiang Muammar Gaddafi.
Sejak itu, perpecahan politik mencolok negara tersebut, yang menghasilkan dua kursi saingan dari pemerintah – di Tobruk dan di Tripoli yang masing-masing menawarkan kemampuan militer sendiri dan DPR.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Akhir tahun lalu, pemerintah pesaingnya Libya menandatangani perjanjian yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membentuk pemerintah persatuan dalam upaya untuk menyelesaikan kebuntuan politik di negara itu selama enam tahun. (T/P002/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka