Gaza, MINA – Semua rumah sakit di Jalur Gaza harus kewalahan menerima dan mengatasi ribuan korban luka dari bentrokan di perbatasan Gaza dengan Israel.
Puluhan warga Palestina yang terluka masih menunggu operasi di rumah sakit utama Gaza, tempat pasien dengan luka tembak memenuhi bangsal dan lorong.
Sedikitnya 61 orang tewas hari Senin dan lebih dari 2.400 orang terluka setelah pasukan Israel menembaki puluhan ribu demonstran damai Palestina yang memprotes pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) ke Yerusalem.
Bahkan sebelum pertumpahan darah terakhir, sistem kesehatan Gaza dari 13 rumah sakit umum dan 14 klinik yang dikelola oleh LSM, telah mengalami kelangkaan obat-obatan dan perbekalan bedah, demikian The New Arab melaporkan.
Baca Juga: Hamas Kutuk AS yang Memveto Gencatan Senjata di Gaza
Wilayah kantong yang dikepung juga menderita pemadaman listrik 22 jam sehari dan kekurangan bahan bakar.
Di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, fasilitas kesehatan utama di wilayah itu, mengalami kesulitan besar pekan ini.
Mengantisipasi masuknya banyak korban menjelang aksi protes pada Senin, Rumah Sakit Shifa telah mendirikan stasiun triase luar ruangan di bawah terpal hijau dan biru di halaman rumah sakit, menyiapkan 30 tempat tidur dan tandu di sana, Associated Press melaporkan.
Direktur rumah sakit Ayman Sahbani mengatakan, sepanjang hari Senin, Shifa menerima sekitar 500 orang yang terluka, lebih dari 90 persen dengan luka tembak. Di antara mereka, 192 orang membutuhkan operasi, termasuk 120 orang yang membutuhkan bedah ortopedi.
Baca Juga: Ikut Perang ke Lebanon, Seorang Peneliti Israel Tewas
Pada Selasa siang, ahli bedah yang kewalahan bekerja di 12 ruang operasi dan hanya melakukan 40 operasi ortopedi, dengan 80 lainnya masih menunggu giliran.
Sementara keluarga korban khawatir kondisi orang yang mereka cintai akan memburuk selama mereka menunggu perawatan. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Palestina Hadapi Musim Dingin, Lazismu Kirimkan Pakaian Hangat