Moskow, 11 Rajab 1438/8 April 2017 (MINA) – Rusia mengancam akan memutuskan komunikasi dengan pasukan Amerika Serikat (AS) di Suriah setelah Presiden Donald Trump memerintahkan serangan rudal jelajah ke pangkalan udara militer Suriah di Provinsi Homs.
Rusia yang merupakan sekutu utama Presiden Bashar Al-Assad, juga menyatakan akan meningkatkan pertahanan udaranya di Suriah.
Juru Bicara Kremlin Igor Konashenkov menuding serangan AS adalah “agresi kepura-puraan yang palsu” dan “sebanding dengan invasi AS di Irak 2003”.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Rusia mengatakan akan menangguhkan kesepakatan komunikasi bersama dengan komandan militer AS yang sebelumnya bertujuan menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya bentrokan antara kedua fihak di wilayah udara Suriah.
“(Ini untuk) melindungi infrastruktur yang paling sensitif di Suriah, sebuah tindakan kompleks akan dilaksanakan dalam waktu dekat untuk memperkuat dan meningkatkan efektivitas sistem pertahanan udara angkatan bersenjata Suriah,” kata Konashenkov, demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA.
Meskipun melakukan serangan kejutan, AS mengatakan, mereka memberi peringatan terlebih dahulu kepada tentara Rusia di Suriah sebelum serangan.
Serangan terhadap bandara militer Shayrat Suriah diyakini sebagai balasan terhadap serangan kimia yang dituduhkan kepada pasukan Presiden Bashar Al-Assad.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Bandara militer itu mengalami kerusakan parah sehingga secara efektif tidak bisa dioperasikan. AS menduga dari bandara inilah serangan kimia dioperasikan.
Tidak ada laporan persenjataan modern berteknologi tinggi yang berada di lapangan udara milik Suriah itu ketika puluhan rudal Tomahawk melanda. (T/RI-1/P1)
Mi’raj Islamic News Agenda (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza