Moskow, MINA – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia menyatakan, Barat menghindari penyelesaian konflik Palestina-Israel dengan dalih peristiwa di Ukraina dan memikul tanggung jawab untuk memperburuknya.
“Kami melanjutkan dari fakta bahwa konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung lama adalah salah satu sarang ketegangan di Timur Tengah, dan didasarkan pada tidak adanya penyelesaian politik. Sebagian besar tanggung jawab atas situasi saat ini terletak pada Amerika Serikat,” bunyi pernyataan Kemlu Rusia, (19/4) seperti dikutip Wafa.
Amerika Serikat dan Uni Eropa yang, dengan dalih peristiwa di Ukraina menghindari partisipasi dalam kegiatan Kuartet Internasional, mekanisme yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB untuk menyertai perundingan Palestina-Israel, termasuk Rusia, Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa.
Kemlu Rusia menegaskan dukungannya untuk dimulainya kembali negosiasi awal pada serangkaian masalah status akhir sesuai dengan kerangka hukum yang diakui secara internasional, termasuk prinsip solusi dua negara, Israel dan Palestina hidup berdampingan dalam damai.
Baca Juga: Israel Halangi Evakuasi Jenazah di Gaza Utara
“Karena sejarah menunjukkan bahwa upaya individu pada kenyataannya hanya menyebabkan memburuknya situasi regional,” tambah pernyataan itu.
Moskow mengungkapkan keprihatinan yang mendalam tentang eskalasi kekerasan di wilayah konflik Palestina-Israel, terutama di Kota Tua Yerusalem, termasuk di Masjid Al-Aqsa.
Untuk menstabilkan situasi, diplomat Rusia melakukan kontak yang diperlukan dengan Palestina, Israel.
“Kami menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri dan segera menahan diri dari segala tindakan agresi dan provokasi, termasuk penggunaan kekuatan yang tidak proporsional terhadap warga sipil Palestina, dan pengepungan kota-kota Palestina di Tepi Barat, serta tindakan yang merusak status quo dari tempat-tempat suci di Yerusalem,” tambah pernyataan Kemlu Rusia.
Baca Juga: Keluarga Tahanan Israel Kecam Pemerintahnya Sendiri
Rusia juga menekankan perlunya menjamin kebebasan beribadah dan akses ke tempat-tempat suci bagi pemeluk semua agama. (T/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang