Moskow, 27 Dzulhijjah 1437/29 September 2016 (MINA) – Wakil Menteri Luar Negeri Rusian Sergei Ryabkov mengatakan pada Kamis (29/9) bahwa pemerintah Moskow mendukung adanya jeda kemanusiaan selama 48 jam di kota Aleppo, utara Suriah.
Pernyataan itu muncul setelah Ryabkov menolak seruan Amerika Serikat (AS) untuk diadakannya gencatan senjata selama tujuh hari yang ia sebut “tidak dapat diterima”, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Menurutnya ancaman AS untuk menunda pembicaraan tentang Suriah selama terjadinya pengeboman terhadap wilayah Aleppo yang dikuasai oposisi Suriah, merupakan “gangguan emosional”.
Ryabkov mengatakan, dua hari gencatan senjata dapat memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan bisa sampai kepada 250.000 warga Aleppo yang terjebak dalam pengepungan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Pekan lalu, militer Suriah mengumumkan dilancarkannya operasi besar-besaran untuk merebut kembali kota Aleppo setelah runtuhnya gencatan senjata tujuh hari yang diprakarsai oleh Rusia-AS.
Wartawan Al Jazeera Rory Challands yang melaporkan dari Moskow mengatakan, pemerintah Rusia menilai bahwa gencatan senjata tujuh hari akan memungkinkan para “teroris”, menyiapkan persediaan dan beristirahat.
Serangan udara besar-besaran pemerintah Suriah di Aleppo telah menewaskan lebih dari 400 orang dan sedikitnya 1.700 terluka sejak pekan lalu. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata