Washington, MINA – Amerika Serikat Senin (17/7) mengatakan, bahwa keputusan Rusia untuk keluar dari kesepakatan ekspor biji-bijian di Laut Hitam adalah “sikap ‘tidak bertanggung jawab dan berbahaya.”
Washington menambahkan itu akan “memperburuk kelangkaan pangan dan membahayakan jutaan orang yang rentan di seluruh dunia.”
“Inisiatif (kesepakatan) Biji-bijian di Laut Hitam sangat penting untuk menurunkan harga pangan (global), yang melonjak sebagai akibat dari invasi Rusia yang brutal dan tidak beralasan terhadap Ukraina,” kata Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby kepada wartawan selama konferensi pers, demikian Anadolu Agency.
Kirby mengatakan, “Keputusan Rusia untuk melanjutkan blokade efektifnya terhadap pelabuhan Ukraina dan mencegah biji-bijian ini sampai ke pasar akan merugikan banyak orang di seluruh dunia.”
Baca Juga: Trump Resmi Berlakukan Tarif Impor, Kenaikan Tarif hingga 25 persen
“Rusia akan bertanggung jawab penuh dan sepenuhnya atas konsekuensi dari tindakan agresi militer ini,” ujarnya.
“Kami sudah melihat lonjakan harga gandum, jagung, dan kedelai global sebagai akibat dari penangguhan Rusia.”
“Kami mendesak pemerintah Rusia untuk segera membatalkan keputusannya,” tambah Kirby.
Sebelumnya pada Senin, Kremlin mengumumkan bahwa mereka telah menangguhkan kesepakatan tersebut, dengan mengatakan hak-hak Rusia dari perjanjian tersebut tidak dipenuhi.
Baca Juga: Demokrat Desak Mulai Kembali Program Relokasi Pengungsi Afghanistan di AS
Perjanjian yang awalnya ditandatangani pada Juli tahun lalu oleh Turkiye, PBB, Rusia dan Ukraina di Istanbul, bertujuan untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina yang telah dihentikan akibat perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada Februari 2022.
Pusat Koordinasi Bersama didirikan di Istanbul tahun lalu dengan pejabat dari tiga negara dan PBB untuk mengawasi pengiriman.
Kesepakatan itu telah diperbarui beberapa kali sejak itu, dan diperpanjang selama dua bulan lagi pada 18 Mei. (R/R4/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Klaim Mesir dan Yordania akan Patuhi Usulan Pembersihan Etnis Palestina