Moskow, MINA – Rusia pada Senin (6/5) memanggil Duta Besar Perancis dan Inggris untuk negara tersebut ke Kementerian Luar Negeri Rusia, mengutip pernyataan terbaru mengenai Ukraina dari Paris dan London.
Berbagai media melaporkan, Duta Besar Inggris Nigel Casey dan Duta Besar Prancis Pierre Levy tiba di gedung Kementerian Luar Negeri Rusia, masing-masing selama 30 dan 40 menit. Demikian dikutip dari Anadolu.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri mengenai pemanggilan Casey menyebutkan protes Rusia disampaikan kepada duta besar atas pernyataan Menteri Luar Negeri David Cameron tentang “hak Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia menggunakan senjata Inggris.”
Menurut pernyataan itu, Casey mengatakan, pernyataan Cameron bertentangan dengan jaminan yang disampaikan sebelumnya dari pihak Inggris ketika mentransfer rudal jelajah jarak jauh ke Ukraina, dan bahwa rudal tersebut sebenarnya tidak akan digunakan di wilayah Rusia.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
“Oleh karena itu, Kepala Kementerian Luar Negeri (Inggris) tidak mengakui sikap ini dan secara de facto mengakui negaranya sebagai salah satu pihak dalam konflik tersebut,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan, duta besar diberi tahu bahwa Moskow memandang pernyataan Cameron sebagai bukti tindakan serius eskalasi dan konfirmasi meningkatnya keterlibatan London dalam operasi militer di pihak Kyiv.
“Casey diperingatkan Rusia dapat menargetkan fasilitas dan peralatan militer Inggris apa pun di Ukraina dan sekitarnya jika Ukraina menyerang wilayahnya dengan senjata Inggris,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan ia didesak untuk memikirkan konsekuensi bencana yang tak terhindarkan dari tindakan bermusuhan yang dilakukan London dan segera menyangkal pernyataan “provokatif” Cameron.
Kementerian tersebut kemudian juga mengeluarkan pernyataan mengenai pemanggilan Levy, yang dikatakan dilakukan “sehubungan dengan pernyataan-pernyataan yang semakin bersifat permusuhan dari para pemimpin Perancis dan informasi yang masuk mengenai semakin besarnya keterlibatan Perancis dalam konflik di sekitar Ukraina.”
Pernyataan itu mengatakan Moskow menyampaikan penilaiannya terhadap kebijakan yang diambil Paris, yang digambarkannya sebagai kebijakan “destruktif dan provokatif” serta “menyebabkan eskalasi konflik lebih lanjut” di Ukraina.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Pernyataan tersebut menekankan usaha pemerintah Perancis untuk menciptakan ‘ketidakpastian strategis’ bagi Rusia dengan pernyataan mereka yang tidak bertanggung jawab mengenai kemungkinan pengiriman kontingen militer Barat ke Ukraina pasti akan gagal.
Pekan lalu, Macron menegaskan kembali dalam sebuah wawancara dengan The Economist bahwa dia tidak mengesampingkan kemungkinan pengiriman pasukan Prancis ke Ukraina.
“Jika Rusia ingin menerobos garis depan, jika ada permintaan Ukraina, yang tidak terjadi saat ini, kita secara sah harus menanyakan pertanyaan ini pada diri kita sendiri,” kata Macron ketika ditanya apakah sekutu lain setuju dengannya untuk mengirim pasukan sebagai sarana pencegahan terhadap Rusia.
Selain itu, saat kunjungan ke Kyiv pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron dilaporkan berbicara mendukung serangan Ukraina terhadap sasaran di Rusia dengan senjata yang dipasok oleh London.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
Sky News mengatakan Cameron berpendapat Ukraina “memiliki hak” untuk membalas tindakan militer Moskow. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini