New York, MINA – Pejabat senior Rusia dilaporkan bergegas untuk meyakinkan pemerintah negara-negara di Timur Tengah dan Afrika, tempat tentara bayaran Wagner beroperasi bahwa Moskow akan mengendalikan tentara bayaran tersebut, sepekan setelah kelompok tentara bayaran melancarkan upaya pemberontakan.
The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada Rabu (28/6), pejabat kementerian luar negeri Rusia berbicara dengan para pemimpin Suriah, Republik Afrika Tengah (CAR), dan Mali ‘untuk meyakinkan mitra Rusia di Afrika dan Timur Tengah bahwa operasi Wagner di sana akan berlanjut tanpa gangguan’.
Harian Amerika itu mengutip ‘diplomat dan perwira intelijen, pembelot Wagner, orang-orang yang diberi pengarahan tentang percakapan dan tinjauan data penerbangan internasional’. The New Arab melaporkan.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia terbang ke Damaskus untuk menyampaikan jaminan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad, WSJ melaporkan.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Moskow adalah pendukung utama pemerintah Suriah, dan tentara bayaran Wagner dilaporkan telah membantu pasukan Rusia dan Suriah mempertahankan cengkeraman mereka selama bertahun-tahun perang saudara di Suriah, yang telah menewaskan lebih dari setengah juta warga Suriah.
Selain memainkan peran penting dalam invasi Rusia ke Ukraina, tentara bayaran Wagner juga membantu Rusia menumbuhkan pengaruhnya di negara-negara Timur Tengah dan Afrika lainnya, termasuk Republik Afrika Tengah, Libya, Mali, dan Sudan.
Kelompok tentara bayaran, yang didirikan oleh mantan sekutu Kremlin Yevgeny Prigozhin, dituduh melakukan kejahatan perang dan kekejaman lainnya di negara-negara tersebut.
Rusia selama bertahun-tahun menyangkal hubungan dengan Wagner dan Prigozhin – tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari Selasa (27/6) bahwa kelompok bersenjata itu “didanai sepenuhnya” oleh Moskow, hingga $1 miliar pada tahun lalu saja. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan