Rusia: Selesaikan Konflik Timur Tengah Tanpa Palestina Tidak Akan Bisa

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov berbicara di Dewan Federasi, majelis tinggi parlemen Rusia, di Moskow, Rusia pada 13 Desember 2023. (Photo: Kementerian Luar Negeri Rusia/Anadolu Agency)

Moskow, MINA – Rusia mengatakan pada Kamis, pembicaraan yang melibatkan AS, dan negara-negara Arab tanpa tidak akan menyelesaikan serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur , yang telah menimbulkan korban syahid hampir 24.700 orang.

“Semua kontak ini tidak menyiratkan dialog langsung antara warga Palestina dan (pendudukan) Israel, namun berasumsi bahwa orang-orang dewasa akan sepakat tentang bagaimana warga Palestina akan terus hidup, dan kemudian menyampaikannya kepada mereka. Ini tidak akan berhasil,” kata , pada konferensi pers di Moskow di mana ia merangkum hasil diplomasi Moskow pada tahun 2023.

Lavrov mengatakan komentar Presiden AS, Joe Biden, dan negara-negara Eropa mengenai perlunya bergerak maju dalam pembentukan Negara Palestina menunjukkan bahwa mereka memahami sangat sulit untuk menenangkan situasi tanpa melakukan hal tersebut.

“Tetapi memulai sebuah gerakan saja tidak cukup. Kita perlu berkumpul dan berkreasi, kita perlu membawa Palestina dan (pendudukan) Israel ke meja perundingan,” katanya.

Dia juga mengatakan, tidak mungkin bagi AS untuk berbisik dan bernegosiasi dengan seseorang, mencoba untuk memutuskan bagi rakyat Palestina seperti apa Palestina nantinya.

“Orang-orang Palestina sendiri yang harus memutuskan. Dan apa yang dilakukan AS saat ini, mencoba menuliskan segalanya untuk mereka (Palestina) dan memberikan kemudahan bagi mereka (AS), adalah manifestasi dari praktik neo-kolonial yang sama,” tambahnya.

Lavrov menyatakan bahwa Rusia mengutuk serangan terhadap warga sipil dan peserta festival di Israel pada awal bentrokan yang belakangan diakui dilakukan oleh tentara pendudukan Israel sendiri, Lavrov menggarisbawahi bahwa Moskow juga mengutuk pernyataan pejabat Israel yang menyebut warga Palestina sebagai “binatang”.

Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Perlawanan Palestina, pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang tentara dan pemukim ilegal Israel.

Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara Israel sendirilah yang pada kenyataannya, telah membunuh lebih dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim oleh Israel telah dibunuh oleh Perlawanan Palestina.

Setidaknya 24.448 warga Palestina di Jalur Gaza syahid dalam respons Israel, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 61.504 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Menurut PBB, sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi akibat serangan Israel, sementara semuanya mengalami kerawanan pangan. Ratusan ribu orang hidup tanpa tempat berlindung dan ⁠kurang dari setengah truk bantuan yang memasuki wilayah ini dibandingkan sebelum konflik dimulai.

Alasan AS Menyerang Tampak Menyedihkan

Beralih ke Yaman, Lavrov mengatakan alasan Washington untuk melakukan serangan terhadap kelompok terlihat “menyedihkan”. Lavrov mengingatkan apa yang pernah terjadi saat intervensi yang dipimpin NATO pada tahun 2011 yang menggulingkan rezim Muammar Gaddafi di Libya.

“Kekacauan yang sama (di Libya) juga terjadi pada apa yang sedang dilakukan terhadap Yaman. Hal ini sangat jelas bagi semua orang. Dan pernyataan-pernyataan ekslusif yang datang dari Washington, menurut saya, pernyataan-pernyataan tersebut terlihat sangat menyedihkan,” kata Lavrov.

Lavrov mengomentari pernyataan timpalannya dari AS, Antony Blinken, di Forum Ekonomi Dunia di Davos, yang mengatakan ia mendengar dari setiap negara, seperti kawasan Timur Tengah, bahwa mereka ingin AS hadir.

“Berapa banyak yang mereka inginkan sulit bagi saya untuk menilai, saya harus bertanya kepada mereka, tetapi satu negara, bernama Irak, membuat keputusan beberapa tahun yang lalu, yang berbunyi: ‘Tuan-tuan Amerika yang terhormat, terima kasih banyak, Anda tetap bersama kami di sini. Pangkalan militer Anda ada di sini, mari kita selesaikan ini dan kami akan membawa Anda pulang.’ Namun Amerika tidak mau pergi,” kata Lavrov.

Dia lebih lanjut menyerukan penghentian agresi terhadap Yaman karena semakin banyak yang dibom oleh Amerika dan Inggris, semakin sedikit keinginan Houthi untuk berunding. (T/B03/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.