Moskow, MINA – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin mengatakan pada hari Senin (13/7) bahwa mengubah status ikon Hagia Sophia menjadi masjid adalah urusan internal Turki.
Rusia berpandangan bahwa tidak seorang pun boleh ikut campur dalam keputusan itu, katanya dalam sebuah wawancara dengan radio Sputnik. Anadolu Agency melaporkan.
“Kami berasumsi bahwa kami berbicara tentang urusan internal Turki, di mana, tentu saja, baik kita maupun orang lain tidak boleh ikut campur. Pada saat yang sama kita memperhatikan signifikansinya sebagai objek budaya dan peradaban dunia,” katanya.
Pada hari Jumat, pengadilan tinggi Turki membatalkan dekrit kabinet tahun 1934, yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Putusan Dewan Negara negara ini membuka jalan untuk digunakan kembali sebagai masjid setelah 85 tahun.
Diputuskan bahwa permata arsitektur telah dimiliki oleh yayasan yang didirikan oleh Ottoman Sultan Mehmet II bergelar Al-Fatih, pembebas Istanbul, dan disajikan kepada masyarakat sebagai masjid, status yang tidak dapat diubah secara hukum.
Sebelum Mehmet II, Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama berabad-abad di bawah pemerintahan Kekaisaran Bizantium. Itu berubah menjadi masjid setelah pembebasan Istanbul pada tahun 1453. Pada tahun 1935, Hagia Sophia diubah menjadi museum.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kompleks bersejarah itu akan siap untuk shalat Jumat berjamaah perdana pada 24 Juli. (T/RS2/P1)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan