Bandar Lampung, 10 Safar 1436/3 Desember 2014 (MINA) – Indonesia belum siap menghadapi Pasar Bebas Asean (MEA), demikian ditegaskan Ruswan Syukur, seorang Konsultan Pengembangan Kewirausahaan.
” Sebenarnya pondasi Pasar Bebas ASEAN ini sudah dibangun sejak zaman Soeharto, namun pondasi itu kemudian hancur dan terlupakan ketika kita sibuk dengan permasalahan politik di dalam negeri kita.”
“Maka ketika MEA akan hadir, kita kaget karena belum siap, sehingga akhirnya dikhawatirkan nanti kita lebih akan menjadi konsumen bagi negara-negara ASEAN lain yang sudah dulu siap,“ kata Ruswan dalam wawancara dengan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu, di Bandar Lampung.
Menurutnya, solusinya adalah bagaimana pemerintah bisa mengangkat Usaha Kecil Menengah (UKM) ini menjadi usaha-usaha yang siap bersaing di pasar bebas.
“Sekarang kan UKM ini paling hanya 5-10 % saja yang siap, sisanya akan diambil perannya oleh perusahaan-perusahaan besar yang tentunya berasal dari negara ASEAN lain,“ ujar Ruswan yang juga Direktur Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Indonesia Perwakilan Lampung.
Seharusnya pemerintah menyiapkan dulu manajemen sumber daya manusia, leadernya, pembinaan kewirausahaan, teknologi, daya saing, produk sehingga betul-betul siap.
“Negara harus hadir disitu, tidak bisa mau diserahkan kepada masyarakat yang awam. Ketidaksiapan inilah yang membuat masyarakat kita kaget, “ tambahnya.
Ruswan juga mengkritisi pemerintah yang mengisi SDM atau kemampuan keahlian diambil dari orang luar seperti Konsultan Ekonomi, ahli perminyakan dan lain-lain. Kita juga banyak ahli-ahli di bidangnya.
Ruswan berharap, pemerintah segera menyiapkan SDM dengan mengadakan pelatihan, diklat, dan workshop untuk merubah mindset SDM dari konsumtif ke produktif, tidak hanya menyiapkan permodalan. Sehingga masyarakat tidak kaget menghadapai MEA.(L/K08/P2)
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi