Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengunjungi masjid termegah dan terbesar di Eropa, yakni Masjid Raya Roma.
Kesempatan tersebut dalam rangka kunjungan kerja hari keempat di Vatikan, bertepatan dengan Jumat. Menag bersama ratusan umat Islam menunaikan Shalat Jumat di masjid terletak di ibu kota negara Republik Italia itu.
“Alhamdulillah, saya bisa Salat Jumat di Masjid Roma yang megah ini. Tadi sebagai khatib dan imam adalah Syeikh Salah Ramadhan Elsayed, lulusan Al Azhar Kairo,” terang Menag di Roma, Jumat (4/10), sebagaimana laporan Kemenag yang dikutip MINA.
Usai Salat Jumat, bersama sang Imam, Menag berkeliling meninjau bangunan Masjid Roma. Ikut mendampingi, Adnan Irodat, staf KBRI Roma.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Menag menyapa umat muslim yang juga hadir. Mereka datang dari berbagai negara, selain warganegara Italia. Terakhir, Menag memberikan plakat cinderamata kepada Imam Masjid.
“Umat Muslim di Italia sebagian besar berasal dari Maroko, Albania, Senegal, Mesir, Tunisia, Aljazair, Indonesia, dan Italia sendiri,” tutur Menag.
“Sebagian besar Imam Masjid berasal dari Al-Azhar Mesir,” sambungnya.
Masjid Terbesar Eropa
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Masjid Roma atau biasa disebut dengan Viale Della Moschea atau Mosque of Rome adalah masjid terbesar di Eropa. Masjid ini dapat menampung sekitar 12 ibu umat. Letaknya di kaki Monte Parioli (Bukit Parioli) di kawasan Acqua Acetosa yang sekaligus berfungsi sebagai Pusat Kebudayaan Islam Italia.
Sejarah mencatat, berdirinya masjid ini membutuhkan waktu yang panjang. Saat berkuasa pada periode 1922-1943, Benito Mussolini pernah berkata. “Tak kan ada Masjid di Roma, selama tak ada Gereja di Mekkah”. Kurang lebih 50 tahun setelah kematian Mussolini, akhirnya umat Islam di kota Roma memiliki sebuah masjid yang megah, lengkap dengan menaranya.
Karena beberapa kendala yang disebabkan oleh faktor dana, politik, bahkan sosial, pembangunan masjid ini membutuhkan waktu sekitar 20 tahun dari tahun 1975 hingga benar-benar selesai pada tahun 1995 lalu. Bahkan masjid ini dibiayai oleh 23 negara Arab dan muslim.
Masjid ini diresmikan penggunaannya pada 21 Juni 1995. Adapun perencanaan pembangunannya dilakukan sejak 1974, ketika lahan diperoleh dari Dewan Kota Roma. Saat itu, Raja Faisal dari Arab Saudi ikut melakukan komunikasi dengan Presiden Italia Giovanni Leone (1971-1978).
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Pembangun masjid dimulai tahun 1975 sebagaimana tertulis di prasasti marmer yang terpasang di dekat tangga utama masjid. Masjid ini diarsiteki oleh Paolo Portoghesi, Vittorio Gigliotti, Sami Mousawi, dan Nino Tozzo, dengan gaya perpaduan Romawi dan Islam.
Masjid ini dibangun di atas lahan seluas 30.000 meter persegi. Selain berfungsi sebagai tempat beribadah, masjid ini juga difungsikan sebagai Islamic Center.
Memasuki ruang utama masjid, jamaah akan melewati selasar sepanjang 15 meter dari tangga yang menghubungkan bagian luar dan dalam. Melalui tangga dengan tinggi kurang lebih 2,5m, akan dirasakan detail kemegahan bangunan-bangunan Romawi kuno dengan 16 kubah dan kubah besar di tengah. Bagian atas kubah besar itu dihiasi dengan bulan sabit. Tinggi menara masjid ini sekitar 40 meter yang berbentuk pohon palem.
Dari laporan yang didapatkan dari arsitektur Masjid Agung Roma, Sami Maosawi, menyebutkan bahwa pembangunan Masjid Agung Roma ini merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi masyarakat muslim di Roma, apalagi pada saat itu mayoritas penduduk roma merupakan umat beragama Katolik.(R/R01/RI-1)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung