Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat Orang Tua Kehilangan Kendali atas Pendidikan Anak di Era Digital

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 14 menit yang lalu

14 menit yang lalu

5 Views

Saat ortu sibuk (foto: ig)

DI SUDUT rumah yang dulu riuh dengan cerita sebelum tidur, kini hanya terdengar suara notifikasi dari gawai. Anak-anak yang dulu menunggu dongeng ayah dan pelukan ibu, kini tenggelam dalam dunia maya, ditemani layar yang tak kenal waktu. Sementara itu, orang tua perlahan kehilangan kendali atas pendidikan dan perkembangan anak-anaknya. Kita hidup di era digital, di mana informasi mudah diakses, tetapi pengawasan dan bimbingan menjadi semakin sulit. Ironisnya, teknologi yang seharusnya menjadi alat bantu, justru perlahan mengambil alih peran orang tua.

Dulu, orang tua adalah guru pertama dan utama. Mereka menjadi contoh, pembimbing, sekaligus pengawas bagi buah hati mereka. Namun kini, peran itu perlahan direbut oleh media sosial, YouTube, TikTok, bahkan para “influencer” yang tak dikenal. Anak belajar tentang cinta, etika, hingga gaya hidup bukan dari ayah dan ibu, melainkan dari tren digital yang berubah setiap detik. Tanpa disadari, kontrol orang tua atas pendidikan anak telah goyah—bahkan nyaris lenyap.

Bukan berarti teknologi harus dimusuhi. Namun, ketika orang tua lebih sibuk dengan layar mereka sendiri, ketika rumah tak lagi menjadi tempat diskusi, ketika doa bersama digantikan dengan scroll bersama, di situlah letak masalahnya. Banyak orang tua yang menyerah begitu saja, membiarkan anak larut dalam dunia digital dengan dalih “yang penting anak anteng”. Tapi, apakah ketenangan rumah yang dibayar dengan lunturnya nilai adalah sesuatu yang patut dibanggakan?

Tak sedikit anak yang tumbuh menjadi asing di rumah sendiri. Mereka duduk bersama orang tua, namun jiwa mereka jauh. Mereka tidak lagi bertanya kepada ayah tentang kehidupan, tidak lagi menceritakan mimpi mereka kepada ibu. Semua karena mereka merasa dunia maya lebih memahami mereka daripada keluarganya sendiri. Di sinilah luka itu dimulai—luka yang tidak berdarah, tapi mengikis kehangatan keluarga sedikit demi sedikit.

Baca Juga: Tantangan Mendidik Anak dalam Keluarga yang Sibuk

Orang tua harus kembali hadir. Bukan sekadar hadir secara fisik, tetapi hadir dalam makna yang sejati. Duduk, mendengarkan, bertanya, dan membimbing. Pendidikan anak bukan hanya soal angka rapor atau nilai ujian. Ia tentang karakter, akhlak, iman, dan masa depan. Dunia digital tidak salah, tapi jika kita biarkan ia mendidik anak kita sendirian, maka bersiaplah menerima generasi yang kehilangan arah.

Kita tak bisa mengubah era ini. Tapi kita bisa mengubah sikap kita terhadapnya. Jadikan teknologi sebagai alat, bukan tuan. Tumbuhkan kedekatan dengan anak agar mereka tetap menjadikan orang tua sebagai rujukan, bukan algoritma internet. Bangun kembali waktu-waktu berkualitas bersama mereka—tanpa gawai, tanpa distraksi.

Mulailah dari hal sederhana: makan bersama tanpa ponsel, mendengar cerita mereka dengan penuh perhatian, atau membacakan kisah inspiratif menjelang tidur. Tunjukkan pada anak bahwa cinta dan perhatian tak bisa digantikan oleh apapun di dunia maya. Sebab kelak, ketika mereka dewasa, bukan video viral atau akun populer yang mereka kenang, melainkan detik-detik kebersamaan dan bimbingan dari orang tua mereka.

Wahai para ayah dan ibu, jangan biarkan kendali atas pendidikan anak jatuh sepenuhnya ke tangan teknologi. Karena ketika orang tua kehilangan kendali, maka yang mengendalikan bukan lagi kasih sayang, melainkan algoritma. Dan kita tak tahu ke mana arah algoritma itu akan membawa mereka.

Baca Juga: Mewaspadai Dunia Digital, Medan Bebas Tanpa Kontrol

Ingatlah, rumah adalah madrasah pertama. Orang tua adalah guru terbaik. Jangan biarkan zaman mengambil peran yang seharusnya kita pegang erat. Mari kembali merangkul anak-anak kita, sebelum dunia maya sepenuhnya menjauhkan mereka dari dunia nyata yang penuh cinta ini.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: STAI Al-Fatah Resmi Buka Program Studi Ekonomi Syariah

Rekomendasi untuk Anda