Oleh Rally Febtiana Musta’adah, Santri PPS Tahfiz Qur’an Al-Fatah Jambi
Bagi kaum wanita muslimah nama Maimunah sudah tak asing lagi terdengar di telinga mereka. Ya, bagi mereka yang selalu mengapresiasikan dirinya dalam jihad perjuangan membebaskan Tanah Para Nabi. Namun, berbeda dengan wanita yang tak mengenal kata jihad fiisabilillah memperjuangkan Baitul Maqdis, mereka mungkin akan bertanya-tanya dalam benaknya, siapakah Maimunah itu? Ada apa dengan Maimunah? Apa yang di perbuatnya? Dan, pertanyaan lain yang dapat memahamkan mereka kepada sosok Maimunah.
Ada dua Maimunah hebat di dalam kehidupan Rasulullah Shallallhu Alaihi Wasallam. Maimunah binti al-Harits (istri Rasul) dan Maimunah binti Sa’ad (budak Rasul). Mereka adalah dua tokoh yang memberi perhatian lebih kepada Baitul Maqdis. Hal inilah yang mendasari di bentuknya lembaga kepalestinaan khusus di bidang wanita, Maemuna Center, agar kita para wanita generasi “z” bisa memberi bantuan lebih kepada para wanita dan anak-anak di Palestina, dan juga banyak mengirim minyak (bantuan) ke Palestina.
Maimunah binti al-Harist adalah seorang perempuan yang berpengetehuan luas, memiliki jiwa patriotik (pemberani), rajin menjalin hubungan silaturrahim, dikenal berilmu dan fakih, sangat mencintai kebaikan, sangat mencintai Rasulullah, dan ahli ibadah. Ia adalah istri terakhir Rasulullah Shallallhu Alaihi Wasallam, wanita yang taat dan bertakwa.
Baca Juga: Thufanul Aqsa, Perjuangan Menuju Kebebasan
Sementara Maimunah binti Sa’ad adalah salah satu budak Rasul yang setia. Dari Maimunah binti Sa’ad Radhiyallahu’anha, berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, fatwakan kepada kami tentang Baitul Maqdis. Beliau menjawab: Ia adalah negeri mahsyar (perkumpulan) dan mansyar (penebaran). Datanglah kalian dan shalatlah di sana, karena satu kali shalat di sana sama dengan seribu kali shalat di masjid lain. Aku bertanya lagi: Bagaimana jika aku tidak mampu mendatanginya? Beliau menjawab: “Kirimlah minyak untuk menyalakan lampu yang ada di dalamnya. Siapa yang melakukan hal itu maka seperti telah mendatanginya.” (HR.Ibnu Majah no.1407).
Di samping itu, peran Muslimah sangatlah penting bagi pembebasan Masjidil Aqsa dengan segala kelebihan dan keutamaan yang dimiliki oleh wanita, meskipun metode penulisan para sejarawan yang mencatat aktivitas kaum wanita pada masa terdahulu cenderung acak. Namun, catatan tersebut dapat memberikan gambaran yang sangat jelas tentang jasa-jasa besar dan peran wanita dalam melahirkan dan mendidik generasi yang turut berkontribusi dalam gerakan jihad.
Sumber-sumber sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa penting dapat mengungkap cukup banyak sosok wanita Muslimah yang mendukung dan melakukan upaya yang sama dengan para tokoh ulama gerakan ishlah dan pembaruan.
Beberapa wanita Muslimah yang berperan aktif mengusung tanggung jawab dalam Gerakan Ishlah Pendidikan dan pembaruan yang melahirkan qenerasi Nuruddin dan Shalahuddin yang mungkin belum dikenal:
Baca Juga: Enam Tips Hadapi Musim Penghujan
- Syaikhah Aisyah binti Muhammad al-Baghdadi.
Syaikah Aisyah berasal dari lingkungan Madrasah al-Qadiriyyah. Beliau meraih ijzah dari Syaikh Abdul Qadir al-Kilani, pendiri Madrasah al-Qadiriyah. Ia selalu mengoptimalkan seluruh waktunya untuk membimbing kaum wanita dan menjadi panutan dalam pengkajian, bimbingan keagamaan, ibadah, dan kesalehan. Ia berumur cukup panjang hingga wafat pada 641 H.
- Syaikhah Taj an-Nisa binti Fadha’il bin Ali at-Takriti.
Syaikhah Taj an-Nisa juga menimba ilmu di Madrasah al-Qadiriyah setelah sekian lama belajar. Ia pun menjadi ulama wanita yang aktif memberi kajian dan bimbingan sehingga menjadi sangat terkenal. Beliau menekuni jihad pendidikan tersebut hingga wafat di Baghdad pada 613 H, dan dimakamkan di pemakaman Bab Harb.
- Syaikhah Khashshah al-Ulama binti al-Mubarak bin Ahmad al-Anshari.
Syaikhah Khashshah berasal dari lingkungan madrasah as-Suhrawardiyah isteri Abu an-Najib Abdul as-Suhrawardi, pendiri Madrasah as-Suhrawradiyah. Ia membangun sebuah ribath khusus di Bab al-Ajz, Baghdad, sebagai tempat kegiatan ulama wanita, baik berupa pengkajian ibu-ibu dan pendidikan anak-anak perempuan dan ia terus beraktivitas di medan jihad pendidikan sampai wafat pada 585 H dimakamkan di pemakaman asy-Syuwainizi.
- Syaikhah Syams adh-Dhuha binti Muhammad bin Abdul Jalil al-Baghdadiyah.
Syaikhah Syams adalah murid Madrasah as-Suhrawardiyah dan menimba ilmu langsung dari Syaikh Abu an-Najib dan lainya. Beliau aktif menyampaikan kajian dan kegiatan-kegiatan keislaman lainya hingga wafat pada 588 H.
Baca Juga: Sampah Menumpuk, Salah Siapa?
- Syaikhah Juharah binti al-Hsan bin Ali ad-Dirami.
Syaikhah Juharah dinikahi Syaikh Abu an-Najib setelah istri sebelumnya meninggal. Ia banyak berguru pada ulama di masanya dan selalu berperan aktif dalam jihad pendidikan sampai wafat pada 604 H.
- Syaikhah Shulaf binti Abu al-Barakat.
Syaikhah shulaf yang aktif menyampaikan pengkajian dalam kurun waktu yang lama karena berusia cukup panjang, beliau memulai aktivitas tersebut setelah berguru pada Abu an-Najib dan lainya sehingga ia menjadi bagian struktual dari Madrasah as-Suhrawardiyah sampai wafat pada 611H.
Nama-nama di atas diambil dari buku “Model Kebangkitan Umat Islam Upaya 50 Tahun Gerakan Pendidikan Melahirkan Generasi Shalahuddin dan Merebut Palestina”. Beberapa tokoh wanita yang dikategorikan sebagai ulama mushlih dan turut berperan aktif dalam Gerakan Ishlah yang berhasil melahirkan generasi Shalahuddin, ini adalah contoh yang sangat kecil dari sebuah generasi wanita. Jumlah mereka sebenarnya mencapai ribuan dan banyak tercatat dalam kitab-kitab thabaqat ahli hadist dan ahli fiqih, serta buku-buku sejarah dengan berbagai macam sumbernya.
Demikianlah jasa-jasa besar mereka di bidang pendidikan yang turut berperan melahirkan sebuah generasi yang sanggup menghadapi tantangan dan berhasil mengembalikan kehormatan umat. Dan seharusnya peran mereka patut untuk di contoh oleh kita, wanita generasi “z” masa kini.
Baca Juga: BPS: Pengangguran Terbanyak Lulusan SMK
Dan tentunya tidak akan terlahir ulama-ulama besar, pejuang-pejuang hebat, jika di sampimg mereka tidak ada seorang ibu yang hebat pula, seperti Shalahuddin al-Ayyubi pahlawan Islam, sang penakluk Yerusalem. Banyak tempat-tempat yang sudah ditaklukkan juga, di antaranya Mesir, Suriah, Yaman, dan kota-kota lainya. Hal ini tidak akan terjadi bila ia tidak memiliki pondasi yang kuat dari kedua orang tuanya, terutama ibu. Sekarang adakah yang mengetahui siapa nama ibu Shalahuddin?
Ibunya bernama Siti Khatun/Sarah bin Hasanuddin bin Ahmad (komik Salahuddin Al-ayyubi Jilid 1. Asing? Ya, memang asing terdengar atau bahkan tidak pernah didengar. Yang jelas anak yang keluar dari rahimnya memjadi tokoh penting dalam peradaban Islam, yaitu mengembalikam Baitul Maqdis ke pangkuan umat muslim. Meskipun sedikit ataupun jarang yang mengetahui siapa saja nama-nama wanita yang sudah berjuang hebat untuk menegakkan kalimat Allah, itu semua tak menjadi masalah, dan sejatinya wanita memang tertutup, dan kita sebagai wanita Muslimah di zaman ini harus bisa mengikuti jejak mereka.
Kebebasan Masjid Al-Aqsa adalah satu kepastian yang pasti terlaksana, karena telah tercantum di dalam kitab suci Al-Qur’an. Namun, apakah kita akan ikut berperan ataukah hanya menjadi penonton? Ini adalah pilihan kita. Apa pun yang kita pilih, Masjidil Aqsa akan bebas, Palestina pasti merdeka, saudara kita akan aman, dan kita akan shalat berjama’ah di dalam Masjidil Aqsa. []
Al-Aqsha haqquna!
Baca Juga: Pembebasan Baitul Maqdis dan Palestina Melalui Literasi dan Edukasi
Wallahu a’lam bisshawaab.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Beda Zaman Beda Gender