Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sabar dan Syukur sebagai Terapi Jiwa

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - 18 detik yang lalu

18 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DALAM kehidupan yang penuh gejolak dan ujian, manusia membutuhkan pegangan yang kokoh agar jiwanya tetap tenang dan tidak mudah rapuh. Dua sikap utama yang diajarkan Islam untuk menyehatkan dan menenangkan jiwa adalah sabar dan syukur. Keduanya bukan sekadar sikap pasif, tetapi justru aktif dan solutif dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, sabar dan syukur disebut sebagai kunci kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.

Sabar, dalam Islam, bukan berarti diam tak berdaya, tetapi merupakan bentuk keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan dengan tetap berpikir jernih dan bertawakal kepada Allah. Orang yang sabar tidak membiarkan emosinya menguasai akalnya. Ia tahu bahwa setiap musibah atau cobaan adalah bagian dari ujian keimanan dan tangga untuk naik ke derajat yang lebih tinggi di sisi Allah Ta’ala.

Syukur, di sisi lain, adalah bentuk kesadaran yang mendalam terhadap nikmat Allah, baik besar maupun kecil. Orang yang bersyukur akan selalu melihat sisi positif dalam hidupnya, sehingga hatinya selalu lapang dan pikirannya tenang. Bahkan dalam musibah, ia tetap mampu melihat hikmah dan kebaikan yang tersembunyi di baliknya. Inilah yang membuat syukur menjadi pelengkap dari sabar dalam terapi jiwa.

Secara psikologis, sabar dan syukur mampu meredakan stres, kecemasan, dan depresi. Orang yang sabar tidak mudah panik ketika menghadapi kesulitan. Ia akan lebih tenang dalam mengambil keputusan. Sementara itu, orang yang bersyukur tidak akan terus-menerus merasa kekurangan atau iri terhadap orang lain. Ini menjadi tameng dari penyakit hati seperti hasad, dengki, dan putus asa.

Baca Juga: Inilah Khasiat Singkong Mentah untuk Kesehatan, Fakta Ilmiah di Baliknya

Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 153). Ayat ini bukan sekadar penghibur, tetapi juga mengandung janji bahwa orang yang sabar akan selalu dalam bimbingan, perlindungan, dan pertolongan Allah. Hal ini memberikan ketenangan batin luar biasa bagi seorang mukmin yang diuji.

Sabar juga merupakan kunci untuk menghadapi ujian hidup dengan hati yang ikhlas. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika seorang mukmin itu tertimpa musibah, maka dia akan sabar dan berharap pahala dari Allah, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim). Ini menunjukkan bahwa sabar bukan hanya sekadar menahan diri, tetapi juga berusaha tetap berbuat baik, meskipun dalam keadaan yang sulit.

Keberhasilan orang yang sabar tidak hanya terukur dari kemampuan mereka menahan diri dalam menghadapi ujian, tetapi juga dari kesediaannya untuk menerima ketentuan Allah dengan hati yang lapang. Sabar membawa seseorang pada kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir-Nya, dan Allah tidak pernah memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya.

Namun, sabar tidak datang dengan sendirinya. Ia memerlukan latihan dan kekuatan spiritual yang kuat. Salah satu cara untuk memperkuat kesabaran adalah dengan memperbanyak doa dan dzikir, serta berusaha memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki hikmah yang lebih besar di baliknya. Sabar adalah latihan untuk mengendalikan diri dan tidak terjebak dalam amarah atau keluhan yang tidak produktif.

Baca Juga: Indonesia Wajibkan Vaksinasi Polio untuk Jamaah, Petugas Haji 2025

Di sisi lain, syukur merupakan cara kita untuk mensyukuri nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku padamu.” (Qs. Ibrahim: 7). Ini adalah janji Allah bahwa syukur akan membuka pintu rezeki yang lebih luas, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga ketenangan hati dan kedamaian jiwa.

Syukur adalah sikap yang mengarah pada pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu kebahagiaan, kesehatan, keluarga, atau bahkan musibah, adalah anugerah dari Allah. Ketika kita bersyukur, kita melihat nikmat Allah dalam segala hal, baik yang kecil maupun yang besar. Ini akan mengarahkan kita untuk hidup dengan rasa cukup, bukan berfokus pada apa yang kita tidak miliki, tetapi mensyukuri apa yang sudah ada.

Syukur juga melibatkan pengakuan dan penghargaan terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah, serta menggunakannya dengan cara yang benar. Orang yang bersyukur tidak hanya sekadar mengucapkan terima kasih dalam hati, tetapi juga memperlihatkan rasa syukurnya melalui perbuatan, seperti menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan, berbagi dengan orang lain, dan tidak menyia-nyiakan apa yang Allah beri.

Salah satu bentuk syukur yang paling penting adalah dengan senantiasa mengingat Allah dalam segala keadaan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” (Qs. Ibrahim: 7). Ini adalah peringatan sekaligus dorongan bagi umat Islam untuk selalu bersyukur atas segala nikmat-Nya.

Baca Juga: 5 Cara Penting Menjaga Kesehatan Ginjal, Yuk Terapkan Mulai Hari Ini

Dua sikap ini, sabar dan syukur, juga saling melengkapi. Ketika seseorang diuji dengan kesulitan, sabar adalah kunci untuk bertahan, tetapi syukur adalah kunci untuk menemukan kedamaian dalam ujian tersebut. Dengan bersyukur, hati kita tidak akan terjebak dalam keluhan dan penyesalan, tetapi akan menerima segala ketentuan Allah dengan penuh rasa syukur, bahkan ketika menghadapi cobaan.

Secara praktis, sabar dan syukur dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga keseimbangan emosional dan spiritual kita. Ketika menghadapi masalah atau cobaan, kita dapat mulai dengan berdoa dan memohon kekuatan kepada Allah. Setelah itu, kita perlu berusaha untuk sabar dalam menghadapi prosesnya, dan pada akhirnya, kita dapat bersyukur karena Allah masih memberikan kita kekuatan untuk terus bertahan.

Melalui sabar dan syukur, kita dapat memperoleh ketenangan jiwa yang tidak tergoyahkan oleh keadaan eksternal. Kedua sikap ini merupakan terapi jiwa yang tidak hanya menenangkan hati, tetapi juga mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dengan sabar, kita akan lebih kuat menghadapi segala ujian hidup, dan dengan syukur, kita akan merasakan kebahagiaan yang datang dari dalam diri, bukan karena apa yang kita miliki, tetapi karena bagaimana kita memandang hidup ini.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Cara Sederhana Menjaga dan Meningkatkan Fungsi Otak agar Tetap Sehat

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Tausiyah
MINA Preneur
Khadijah
MINA Preneur
Khadijah