Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sabar Itu Berat, Tapi Lebih Berat Jika Menyerah

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

7 Views

Ilustrasi: seorang lelaki sedang menangis. (Gambar: ist)

SABAR adalah salah satu nilai tertinggi dalam Islam yang sering disebut dalam Al-Qur’an maupun hadis. Namun, sabar bukanlah perkara ringan. Ia tidak datang tiba-tiba, tidak muncul begitu saja dalam diri seseorang tanpa ujian. Sabar adalah kekuatan jiwa, keteguhan hati, dan bukti iman yang mendalam. Seperti kata pepatah bijak yang kini populer: “Sabar itu berat, tapi lebih berat jika menyerah.” Ungkapan ini mengandung hikmah mendalam tentang bagaimana menghadapi kehidupan dengan ketabahan daripada menyerah pada keadaan.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Ayat ini menunjukkan bahwa sabar bukan hanya bentuk ketahanan diri, melainkan juga jaminan bahwa pertolongan Allah akan hadir. Menyerah di tengah ujian justru menjauhkan kita dari peluang pertolongan tersebut. Maka, meskipun sabar terasa berat, buahnya jauh lebih manis daripada kepahitan akibat keputusasaan.

Sabar dalam Islam terbagi ke dalam tiga bentuk: sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi ujian hidup. Ketiganya adalah bentuk pengendalian diri yang memerlukan kesungguhan. Seorang yang bersabar dalam shalat, puasa, dan ibadah lainnya akan merasakan kesulitan di awal, namun di balik itu terdapat kedamaian yang tidak ditemukan dalam kehidupan tanpa ibadah. Begitu pula, menahan diri dari dosa dan hawa nafsu memang menyakitkan, tetapi menyerah pada rayuan maksiat lebih menyakitkan di kemudian hari.

Ujian hidup seperti kehilangan, sakit, kegagalan, dan tekanan hidup memang membuat sabar terasa berat. Namun, jika kita memilih untuk menyerah, menyerah bukan hanya menghentikan langkah, tapi juga menghapus harapan dan mengundang penyesalan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran, jalan keluar itu bersama kesempitan, dan bahwa setelah kesulitan ada kemudahan.” (HR. Ahmad).

Baca Juga: Bukan Karena Bisa, Tapi Karena Allah Mengizinkan

Hadis ini memberikan harapan bahwa kesulitan bukanlah akhir dari segalanya. Justru, dengan bersabar dan tetap melangkah, Allah akan menunjukkan jalan keluarnya.

Menyerah adalah bentuk kekalahan sebelum bertarung sepenuhnya. Ia seperti membuang dayung saat perahu sedang melawan arus. Sementara sabar, meskipun melelahkan, akan mengarahkan kita ke pantai harapan. Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi sabar adalah terus berusaha meski hasil belum terlihat.

Seorang sahabat Nabi, Khabbab bin Al-Aratt, pernah mengadu karena penderitaan kaum Muslimin yang dianiaya di awal dakwah Islam. Namun, Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa umat sebelum mereka pun diuji dengan lebih berat, bahkan hingga dibelah dua tubuhnya. Dari sini kita paham bahwa sabar adalah bagian dari jalan menuju kemenangan iman.

Hari ini, mungkin kita menghadapi tekanan ekonomi, hubungan keluarga yang rumit, atau perjuangan menuntut ilmu dan memperbaiki diri. Semua itu terasa berat. Tapi ingatlah, menyerah berarti membiarkan kesulitan itu menang. Sedangkan sabar membuka pintu keberkahan dan rahmat Allah. Bahkan dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa ganjaran orang-orang yang sabar adalah tanpa batas, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Baca Juga: Saatnya Bangkit, Bergerak dan Berjuang untuk Perubahan

Mari kita jadikan sabar sebagai bagian dari karakter hidup, bukan sekadar respons terhadap musibah. Jangan takut jika sabar membuatmu tertinggal sejenak, karena yang sabar akan sampai pada tujuan yang lebih mulia. Dan jangan tergoda untuk menyerah hanya karena jalan terasa gelap, sebab sabar adalah lentera yang akan menerangi langkahmu.

Sabar memang berat, namun lebih berat lagi jika hidup kita habis dalam penyesalan karena menyerah terlalu cepat. Bersabarlah, karena Allah tidak pernah sia-siakan kesungguhan hamba-Nya. Tetap melangkah, karena sabar bukan hanya bertahan, tapi juga tentang percaya bahwa pertolongan Allah itu nyata dan selalu tepat waktu.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Bangkit dari Keterpurukan, Jalan Terjal Menuju Kesuksesan

Rekomendasi untuk Anda