Sada Social Center: Platform Media Masih Batasi Konten Palestina

Betlehem, MINA – Perusahaan platform masih melakukan tindakan pembatasan , mengabaikan semua standar profesional dan hak asasi manusia serta etika terkait problematika rakyat Palestina yang masih hidup di bawah pendudukan .

Sada Social Center, lembaga yang memantau pelanggaran media sosial terhadap konten Palestina, mendokumentasikan lebih dari 17 pelanggaran terhadap konten Palestina di platform media sosial pada Agustus kemarin.

Sebagian besar pelanggaran terjadi di Facebook, yang seharusnya hadir sebagai ruang aman serta bebas dari pendapat dan keyakinan pribadi, demikian PNN melaporkannya yang dikutip MINA, Jumat (6/9).

Lembaga tersebut menjelaskan, sebagai contoh Facebook melakukan 15 pelanggaran mulai dari pelarangan dan penghapusan publikasi konten berkaitan dengan Palestina.

Pembatasan selanjutnya diberlakukan pada halaman-halaman milik Palestina seperti Aneen Al-Qaid, Komisi Tinggi Nasional untuk Great March of Return, Ramallah Mix, Komite Jerusalem – Universitas Yarmouk, Pusat Media Qalandia, Pusat Media Palestina, dan akun milik seorang artis Qassem Al Najjar.

Di sisi lain, Instagram menghapus sejumlah publikasi yang ditayangkan oleh Radio Pembebasan Palestina.
Sementara itu, YouTube menghapus video yang menampilkan seorang syuhada Palestina Raed Misk dari akun putranya, Momen Misk.

Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan Sada Social Center untuk melindungi dan mempertahankan konten Palestina, pusat ini telah berhasil mengembalikan lima halaman Palestina yang dihapus oleh Facebook: Jenin Mix, Beit Fajjar Times, Beit Furik Times, Yatta Times, dan Lovers of Tell Village.

Sementara itu, Facebook telah mengakui melanggar privasi para penggunanya dengan mendengarkan semua percakapan suara melalui aplikasi Messenger-nya. Media sosial yang didirikan Mark Zuckenberg ini telah mempekerjakan ratusan kontraktor untuk mendengarkan klip audio yang dipertukarkan oleh para pengguna.

Facebook juga mengumumkan niatnya untuk menggunakan algoritma kecerdasan buatan dalam aplikasi WhatsApp-nya, di mana ia akan melacak konten pesan sebelum mengenkripsi dan mengirimkannya.

“Ini membuka jalan bagi pemerintah untuk memaksa perusahaan media sosial memata-matai pesan pengguna mereka,” kata pusat itu dalam siaran pers yang dipublikasikan Kamis (5/9).

Sada Social Center mengatakan, pihaknya melanjutkan berbagai upaya untuk “terus berkomunikasi dengan pihak administrasi platform media sosial dalam upaya melindungi konten Palestina serta mengakses mekanisme yang adil dan merata terhadap pengguna Palestina.”

Sada Social Center diluncurkan pada awal September 2017, merupakan pusat sukarelawan yang peduli dengan inisiatif untuk memperkaya konten Palestina di internet, terutama di situs jejaring sosial, dan memantau pelanggaran terhadap konten digital ini dari berbagai pihak.

Sementara dalam tulisan jurnalis Amerika Serikat, Gleen Greenwald di The Intercept, warga Israel kerap menggunakan Facebook sebagai kanal propaganda untuk mendorong kekerasan terhadap warga Palestina. Sebagai misal, pada 2014, saat ribuan warga Israel menggunakan Facebook untuk mengirim pesan yang “menyerukan pembunuhan warga Palestina.”

Di sisi lain, fenomena warga Palestina yang ditangkap otoritas keamanan Israel, atas tudingan “menghasut” melalui media sosial pun sering terjadi

Seperti dilansir The Independent, seorang pengacara asal Palestina, Mahmoud Hassan, mengatakan sebagian besar dari mereka yang ditangkap hanya mengkritik Israel. Bukan menganjurkan kekerasan.

Warga Palestina juga menolak tuduhan Israel soal aktivitas menghasut dan menganjurkan kekerasan. Mereka mengatakan hal macam itu merupakan buah dari pendudukan militer Israel, yang merampas kemerdekaan Palestina.(T/R01/RS3)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.