Oleh: Bahron Ansori, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Setiap kita pasti akan mati. Setiap kita pasti akan ditanya. Setiap kita pasti akan menerima amal catatan: baik atau buruk. Karena hidup ini pilihan, maka memilihlah. Ketika pilihan itu masih ada, maka pilihlah jalan kebenaran. Ketika pilihan itu masih ada, maka pilihlah untuk menjadi seorang Muslim.
Hidup di dunia ini begitu singkat dan benar-benar sementara. Maka jadilah seorang Muslim yang mampu memilih. Pilihlah salah satu sarana di antara miliaran sarana agar kita menjadi pribadi yang banyak memberi manfaat. Karena hidup ini sekejap, maka ukirlah sejarah hidup ini dengan tinta kebaikan yang hanya kepada-Nya bermuara. Ukirlah hidup ini dengan tinta emas yang bau harumnya akan terjaga sepanjang masa.
Saudaraku,
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Hari ini kita terkepung. Terkepung oleh segala keburukan dan fitnah. Mereka, musuh-musuh kaum muslimin tak pernah tinggal diam untuk menjerumuskan, memporak-porandakan bahkan menggiring kita umat Islam ke lembah paling nista. Lalu, apakah kita sebagai umat terbaik akan tinggal diam, duduk manis melihat kehancuran demi kehancuran kaum muslimin di belahan dunia ini bahkan di depan mata kita sendiri?
Tak ada kata terlambat. Mari berbenah untuk menjadi Muslim penuh daya guna. Jadilah seorang Muslim yang mampu mengambil dan memainkan peran dalam peradaban ini. Ambillah salah satu peran dan jadilah orang yang bermanfaat dengan peran itu. Musuh-musuh sedang mengintai kita. Bisa jadi, kita merasa sudah menjadi orang yang shaleh dan takwa. Tapi, sadarkah kita, masih banyak saudara-saudara Muslim di sekitar kita yang membutuhkan pencerahan.
Waspada dan berhati-hatilah. Sebab musuh-musuh Islam senantiasa memasang perangkapnya untuk menghancurkan umat Islam. Rapatkan shaf. Eratkan ukhuwah satu dengan yang lain. Jangan mudah kita diadu domba hanya karena masalah yang remeh temeh. Sebaliknya bersikaplah waspada dan jelilah dalam melihat setiap perkembangan jaman.
Salah satu sarana tercanggih yang digunakan musuh-musuh Islam adalah Ghazwul Fikri (perang urat syarat, intelektual, dan budaya). Serangan ini jauh lebih dahsyat dari roket Zionis. Karena itu, waspadalah sebelum semuanya terlambat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dewasa ini, kaum muslimin sedang mengalami keterpurukan dalam berbagai bidang. Keterpurukan itu sebagai akibat dari serangan yang lebih dahsyat dari serangan bom atom sekali pun; Ghazwul Fikri.
Ghazwul fikri adalah sebuah metode tercanggih dan terbaru yang hingga kini masih terus dipakai oleh musuh-musuh Islam untuk melumat habis kaum muslimin. Dengan metode perang urat syaraf ini, secara fisik maka umat Islam seolah tak dirugikan sama sekali. Tapi dampak serangan ghazwul fikri itu lambat laun akan terasa juga.
Ghazwul fikri ini bisa diibaratkan api dalam sekam; perlahan tapi pasti sekam itu akan menjadi abu tanpa harus terlihat kobaran api yang membakarnya. Begitu juga kaum muslimin yang dilanda ghazwul fikri ini.
Mereka seolah-olah merasa telah mengikuti perkembangan jaman. Tapi pada kenyataannya mereka sedang digiring ke dalam sebuah lembah kenistaan yang berujung pada kehancuran dan kehinaan di dunia dan akhirat. Bisa jadi, sekelompok kaum yang sedang terkena ghazwul fikri ini secara zahir mereka melakukan amal ibadah layaknya kaum muslimin lain.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Tapi, sayangnya pemikiran mereka sudah menyimpang jauh dari Al Qur’an dan As Sunnah. Hal itu terlihat dari keatifan mereka dalam membela kepentingan kaum kafir dalam program ghazwul fikri. Kelompok ini dikenal dengan nama kaum liberal.
Bisa jadi, meski secara fisik sekelompok orang itu tinggal di lingkungan sebuah pesantren. Namun, penampilannya sudah tidak lagi mencerminkan bagaimana cara berpakaian seorang muslim. Bila ia seorang muslimah, maka dia akan tampil dengan jilbab gaulnya; sepatu hak tinggi, memakai parfum, jilbab ngetat, warna pakaiannya ngjreng, celana panjang dan lain sebagainya.
Menurutnya, dia sudah lebih maju dari sekelompok muslimah lainnya. Tapi ternyata, justeru dialah yang telah menjadi korban kekejian dan kesesatan ghazwul fikri. Sayangnya, ia tak sadar dan memang tak mau menyadari kesalahannya sebagai akibat buah dari kebodohan dan kesombongan yang ia pelihara selama ini.
Ghazwul fikri benar-benar sudah menjadi sarana yang sangat efektif untuk menghancurkan kaum muslimin di mana pun berada. Sasarannya bukan hanya generasi muda, tapi juga para ibu rumah tangga pun sudah terkena serangan ghazwul fikri ini.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ungkapan yang Mendebarkan
Samuel Zwemer dalam Konferensi Al-Quds untuk para pastor pada tahun 1935 mengatakan, “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al Qur’an dan AsSunnah). Sehingga mereka menjadi orang-orang yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan), menjadi terpecah-belah dan jauh dari persatuan. Dengan demikian kalian telah menyiapkan generasi-generasi baru yang akan memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian.”
Sadis bukan! Begitulah musuh-musuh Islam. Mereka selalu bercita-cita busuk untuk menghancurkan kaum muslimin, dan memisahkan umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan Rabbnya. Jika kita mau sadari, di mana pun di belahan bumi ini kaum muslimin hidupnya senantiasa dalam keterpurukan. Dilihat dari kekayaan sumber daya alam boleh saja mereka disebut kaya. Tapi secara teknologi dan kemampuan pengembangan kemampuan dalam kehidupan, kaum muslimin masih sangat jauh tertinggal.
Dengan menggunakan dalih kebebasan mengemukakan pendapat, musuh-musuh Islam itu mencoba mematahkan dan menerobos sendi-sendi Islam, di mana bila ajaran Islam tak dipahami betul oleh umat ini, maka mereka akan sangat mudah terbawa arus pola pikir musuh-musuh Islam hingga membenarkan anggapan yang dibawa musuh-musuh tersebut.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Dalam Al Qur’an, geliat kaum seperti ini telah dijelaskan sebagaimana potongan ayat yang artinya, “….Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu…” (QS. Al-Baqarah; 2: 217).
Empat belas abad lalu, saat Islam mencapai puncaknya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengabarkan tentang nasib umat Islam di masa yang akan datang, sebagai tanda nubuwwah beliau. Nasib umat Islam pada masa itu digambarkan oleh Rasulullah seperti seonggok makanan yang diperebutkan oleh sekelompok manusia yang lapar lagi rakus.
Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis, “Beberapa kelompok manusia akan memperebutkan kalian seperti halnya orang-orang rakus yang memperebutkan hidangan.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah karena kami waktu itu sedikit, ya Rasulullah?”
Jawab Rasul, “Tidak! Bahkan waktu itu jumlah kalian sangat banyak. Akan tetapi kalian waktu itu seperti buih lautan. Dan sungguh, rasa takut dan gentar telah hilang dari dada musuh kalian. Dan bercokollah dalam dada kalian penyakit wahn.”
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Kemudian sahabat bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan penyakit wahn itu ya Rasulullah?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”
Kita bisa membayangkan bagaimana nasib seonggok makanan yang menjadi sasaran perebutan dari orang-orang kelaparan lagi rakus itu. Tentu saja dalam sekejap mata makanan yang tadinya begitu menarik menjadi hancur berantakan tak berbekas, lumat ditelan para pemangsanya.
Lalu bayangkan pula, seperti apakah buih di lautan luas. Tentu saja buih itu akan hancur, lenyap tak berbekas sedikit pun ketika ombak datang menerpanya. Demikian pula dengan kondisi umat Islam saat ini yang senantiasa menjadi bahan rebutan dari sekian banyak kepentingan, di mana semua tujuannya sama yakni: kehancuran umat Islam.
Banyak pihak yang memusuhi kaum muslimin. Allah memberikan informasi kepada kita umat Islam ini untuk mengetahui siapa saja yang menjadi musuhnya. Ada beberapa kelompok besar manusia yang dalam perjalanan sejarah selalu mengibarkan bendera permusuhan dan perang terhadap kaum muslimin.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Jadi, mari rapatkan shaf kita wahai kaum muslimin agar kita tidak seperti buih di lautan, wallahua’lam. (R02/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin