Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Wallahua’lam, apa sebenarnya yang menghalangi seseorang sehingga berani meninggalkan shalat fardhu? Wallahua’lam, apa yang kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah jika shalat fardhu tidak pernah ditegakkan? Benar kata Imam Ghazali yang bertanya kepada murid-muridnya tentang apakah yang paling ringan di dunia ini? Dengan polos, murid-muridnya pun menjawab bahwa yang ringan di dunia ini adalah dedaunan, rumput-rumput kering, dan lainnya.
Namun, dengan bijak Imam Ghazali menjawab bahwa sesungguhnya yang ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHALAT. Sebuah jawaban yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh murid-muridnya, termasuk kita umat Islam hari ini. Ya, apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali memang sangat benar. Fenomena meninggalkan shalat sangat terlihat dalam kehidupan hari ini. Entah itu di pabrik-pabrik, kantor-kantor, atau lembaga-lembaga pemerintah dan swasta.
Shalat Itu Investasi
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Jika di dunia ini ada emas dan uang sebagai investasi, maka shalat adalah investasi dari dunia hingga akhirat. Ya, shalat itu investasi bagi siapa saja yang ingin mengerjakan dan menegakkannya dengan iman dan kesungguhan. Bayangkan, shalat itu dengan izin Allah mampu mengubah dan mendatangkan segalanya. Shalat yang dikerjakan dengan kekhusyu’an, maka akan mendatangkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, dan kesuksesan bagi yang melaksanakannya.
Coba tadabburi Quran surat Al Mukminun ayat 1 dan 2 yang artinya, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Qs. Al Mukminun: 1-2). Shalat, menjadi bukti keberuntungan bagi siapa saja yang mengerjakannya dengan khusyu’. Siapa pun yang ingin sukses dalam hidupnya, maka dalam surat Al Mukminun ini yang menjadi syarat utamanya adalah kerjakan shalat dengan khusyu’.
Siapa saja yang shalatnya benar sesuai aturan Allah dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka bangkit dan kerjakanlah shalat dengan khusyu’. Shalat adalah syarat untuk mendapatkan keberkahan, ketenangan dan kesuksesan dalam hidup. Shalat menjadi penentu suksesnya seseorang di dunia hingga akhirat.
Mari merenung sejenak. Mengapa di dunia ini, di negeri tercinta ini khususnya, begitu banyak kriminalitas terjadi dimana-mana? Tak jarang, para pelaku kejahatan itu adalah orang-orang yang ber-KTP Islam. Mengapa justeru umat Islam di antaranya nekad menjadi pelaku berbagai aneka kriminal itu? Bisa ditebak karena shalat sudah ditinggalkan sehingga fitrah sucinya jauh dari Allah dan cenderung mengikuti hawa nafsu.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Jika shalat sudah ditinggalkan, maka yang akan menjadi penuntun dalam diri seorang hamba itu bukan lagi Allah Ta’ala melainkan hawa nafsunya. Jika nafsu sudah menjadi penuntun, maka segala perbuatan buruk dianggap baik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “59. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, 60. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,” (Qs. Maryam: 59-60).
Meniggalkan Shalat adalah Maksiat Terbesar
Salah satu tanda syukur seorang hamba kepada Allah Ta’ala adalah dengan menegakkan shalat fardhu yang lima. Shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting di hadapan Allah Ta’ala. Shalat juga menjadi pemisah antara orang mukmin dan orang kafir. Selain itu, shalat menjadi kunci utama diterimanya segala amal ibadah. Bahkan, shalat adalah amalan pertama kali yang kelak akan dihisab oleh Allah Ta’ala. Siapa yang shalatnya baik, maka dijamin oleh Allah baik semua amal ibadahnya yang lain. Pun sebaliknya, jika shalatnya tidak baik, maka akan tertolaklah segala amal ibadahnya yang lain.
Shalat adalah cara bagi seorang hamba untuk membangun komunikasi dan kedekatan dengan Rabb, Sang Maha Pencipta. Dialah Rabb yang Maha mencukupi segala keperluan semua makhluk yang bernyawa. Artinya, betapa sombong seorang hamba bila ia mengaku beriman hanya kepada Allah semata, tapi berani-beraninya meninggalkan shalat lima waktu.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Meninggalkan shalat fardhu adalah suatu kemaksiatan terbesar (jika tanpa alasan syar’i) yang dilakukan seorang hamba kepada ‘Majikannya’ yakni Allah Ta’ala. Karena itu jika seorang hamba hendak meninggalkan shalat fardu, maka ingatlah nasihat Ibrahim bin Adham berikut ini.
Suatu ketika ada seorang pemuda yang datang kepada Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah, dia curhat dan berkata, “Ya syaikh, sesungguhnya nafsuku mendorongku untuk melakukan kemaksiatan, tolong berikan kepadaku nasehat, mudah-mudahan dengan nasehat itu aku bisa menahan diri dari kemaksiatan.”
Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah berkata, “Jika nafsumu mengajak untuk bermaksiat kepada Allah maka silahkan, tidak mengapa tetapi ada 5 syarat.”
Pertama, “Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala lakukanlah ditempat yang engkau tidak dilihat oleh Allah.
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Kedua, “Jika engkau bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka jangan engkau bermaksiat dibuminya Allah.”
Ketiga, “Jika engkau hendak bermaksiat kepada Allah silahkan saja, tetapi jangan engkau makan rezeki yang Allah Subhanahu wata’ala berikan kepadamu.”
Keempat, “Jika engkau bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian datang Izrail (Malaikat Maut) hendak mencabut nyawamu, maka katakan kepadanya bahwa engkau belum mau mati.”
Kelima, “Jika engkau bermaksiat kepada Allah, dan kelak di hari kiamat saat Malaikat Zabaniyah mau menyeretmu dan memasukkanmu ke dalam neraka, maka bisakah engkau mengatakan, ‘Saya tidak mau masuk neraka… saya mau masuk surga.”
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Ibrahim bin Adham melanjutkan kata-katanya, “Jika engkau tidak mampu bersembunyi dari pandangan Allah, engkau tinggal dibuminya Allah, engkau makan rezekinya Allah, engkau tidak mampu menolak datangnya malaikat maut dan engkau tidak mampu menolak dirimu ketika diseret kedalam neraka, maka masihkah engkau akan bermaksiat kepada Allah saudaraku?” Akhirnya pemuda ini mengatakan:”Astagfirullah Al adzhim”, dia beristighfar dan bertobat akhirnya ia kemudian tidak jadi melakukan kemaksiatan tersebut.
Pemuda itupun menangis tersedu-sedu dan bertekad untuk tidak pernah bermaksiat lagi selamanya kepada Allah Ta’ala.
Sahabat, jangan pernah lagi tinggalkan shalat fardhu. Sesibuk apapun kita, mari luangkan waktu untuk ‘berkomunikasi’ dengan Allah. Dengan shalat, hidup kita menjadi berkah. Harta kita menjadi berkah. Keluarga kita menjadi berkah. Anak-anak dan istri kita menjadi berkah. Ilmu dan harta kita menjadi berkah. Bahkan, dunia dan akhirat kita akan bahagia. Wallahi, tidak akan pernah bahagia seseorang yang berani meninggalkan shalat. Tidak akan pernah sakinah, mawaddah warohmah sebuah keluarga bila suami istri dan anak-anaknya terbiasa meninggalkan shalat.
Sahabat, banggakah kita akan kegagahan? Banggakah kita dengan wajah yang tampan dan cantik? Banggakah kita dengan harta kekayaan yang kita miliki? Banggakah kita dengan pengaruh yang besar karena kekuasaan yang dimiliki? Banggakah kita dengan luasnya ilmu dan pengalaman yang kita punya? Banggakah kita dengan gelar berderet yang kita raih dari lembaga-lembaga pendidikan? Apa arti semua kebanggaan itu jika kita jauh dari Allah. Semua itu sama sekali tak bernilai di sisi Allah jika kita masih senang meninggalkan shalat.
Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza
Mari berlelah-lelah dalam menegakkan shalat, daripada kita berlelah-lelah selamanya di dalam neraka karena menanggung dosa akibat meninggalkan shalat. Selagi masih ada waktu dan usia, mari perbarui komitmen kita kepada Allah untuk menjaga shalat fardhu kita dan meningkatkan kualitasnya semata-mata karena rasa takut dan harap kepada Allah, wallahua’lam. (A/RS3/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah