Salahuddin, Maafkan Kami

Oleh: Panji Ahmad, S.Kom.I*

Hampir seabad lamanya mencatatkan sejarah pilu bagi 1,8 miliar umat muslim. Padahal jumlah tersebut setara dengan 24 persen populasi masyarakat dunia. Namun dengan sebegitu banyaknya muslimin hari ini, mereka tidak mampu membebaskan sejengkal tanah seluas 365 km², yaitu tanah penuh duka.

Tanah sempit yang selalu dihujani roket-roket buta telah merenggut nyawa rakyat tak terhitung jumlahnya. Blokade selama bertahun-tahun, tidak hanya makan, minum serta aliran listrik yang diatur, hingga banyaknya balita yang tidak mengenal ayah bundanya karena telah syahid, dari beringasnya moncong-moncong senjata Zionis Israel.

Perlu diingat, tanah Palestina pernah mengalami kondisi hampir serupa. Tetapi semangat perjuangan 831 tahun lalu, tepatnya 20 September 1187, menjadi hari dimulainya pembebasan Palestina oleh Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubi atau masyarakat dunia mengenalnya dengan nama .

Kala itu, Setelah 88 tahun dikuasai Bangsa Romawi, Salahuddin memulai kembali seruan jihadnya untuk mengembalikan Palestina ke pangkuan muslimin. Pasukan tentara Islam yang dipimpin Salahudin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Palestina beserta seluruh pelatarannya termasuk Gaza dari kedzaliman dan kebiadaban.

Karen Amstrong dalam buku “Perang Suci” menggambarkan pembebasan Palestina sebagai sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya, tak ada satu orang Kristen pun yang dibunuh, tak ada pula perampasan harta benda.

Salahuddin justru menangis tersedu-sedu melihat Al-Quds karena keadaan mengenaskan akibat keluarga-keluarga yang hancur terpecah-belah. Dan ia pun membebaskan banyak dari mereka, sesuai imbauan Al Qur’an.

Keadilan dan kebijaksanaan Salahuddin pun membuat umat Nasrani yang tinggal di Yerusalem saat itu berdecak kagum. Seorang tua penganut Kristen pun bertanya kepada Salahudin. ”Kenapa tuan tidak bertindak balas dendam terhadap musuh-musuhmu?”

Salahuddin menjawab, ”Islam bukanlah agama pendendam bahkan sangat mencegah dari melakukan perkara diluar perikemanusiaan, Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf dan melupakan kekejaman musuh ketika berkuasa walaupun ketika musuh berkuasa itu umat Islam ditindas.”

Mendengar jawaban tersebut, bergetarlah hati orang tua itu. Ia pun kemudian berkata, ”Sungguh indah agama tuan! Maka diakhir hayatku ini, bagaimana untuk aku memeluk agamamu?” Salahuddin pun berkata, ”Ucapkanlah dua kalimah syahadah”.

Hingga kini, kemuliaan hati dan keberanian Salahuddin masih tetap dikenang umat Islam dan orang-orang Barat.

Dr. Jonathan Phillips, seorang pengajar di University of London yang terkenal dengan beberapa tulisannya mengenai Perang Salib, pernah memuji sosok mulia Salahudin dan menggambarkannya sebagai pahlawan utama bagi umat Islam.

Sekali lagi, lihatlah pelataran Palestina hari ini, tanah yang rindu sosok langkah kaki tegap gempita seperti Salahuddin Al-Ayyubi.

Wahai roh suci Salahuddin, dengarlah, tanah yang Allah berikan keberkahan di sekelilingnya, yang pernah engkau bebaskan atas kehendak-Nya. Kini sudah tergenang kembali oleh darah kaum muslimin yang tak berdosa atas jajahan Zionis Israel ditanah Gaza, Palestina.

Sejak akhir Maret lalu, setidaknya 183 warga Palestina telah menemui syahid akibat tembakan tentara-tentara Israel di Gaza. Tak puas membunuh dengan senjata, pesawat tempur-pun dikerahkan sehingga dua warga Palestina menyusul pahlawan yang lebih dulu syahid.

Bukan hanya itu saja, tindakan-tindakan secara sistematis termasuk menutup dana bantuan, menjadikan warga Gaza diambang kematian.

Pendidikan bagi sekitar 500 ribu anak di hampir 700 sekolah dan penyedia fasilitas kesehatan bagi 9 juta pasien di hampir 150 klinik kesehatan terancam tutup, sebab sang sekutu utama Israel, Donald Trump telah menutup keran sumbangan dengan sumbatan keberingasannya.

Wahai Salahuddin, jika engkau saat ini mengetahuinya, jika engkau saat ini menyaksikannya, apakah yang akan engkau lakukan?

Maafkan kami yang kadang melupakan, maafkan kami yang penuh kesibukan, semoga aku dan kaum muslimin menjadi barisanmu wahai Salahuddin, dan segera membebaskan tanah haram, Gaza, Palestina. (A/R06)

*Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah dan penyiar di Radio Silaturahim (Rasil)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.