Sambangi MUI, Wapres JK Bahas Dua Hal Ini

Jakarta, MINA – Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) menghadiri rapat pleno ke-28 Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim ) bertema “Ramadhan dan Idul Fitri sebagai Momentum Penguatan Ukhuwah Wathoniyah” di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Rabu (6/6).

Hadir pada kesempatan itu, Ketua Wantim MUI Prof Din Syamsuddin, Wakil Wantim MUI KH Didin Hafidhuddin dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Dalam sambutannya, JK membahas dua poin penting yang saat ini tengah dialami umat Islam baik di Indonesia maupun di dunia, yaitu soal dan yang belakangan terjadi di beberapa negara Islam.

Khusus masalah ekonomi umat Islam di Indonesia, JK sempat tidak percaya bahwa Indonesia dengan mayoritas umat Islam (sekitar 88 persen dari total masyarakat Indonesia) justru kondisi ekonominya memprihatinkan.

“Kita mayoritas tetapi kita bisa berdampingan dengan umat yang lain. Politik alhamdulillah. Pemerintahan alhamdulillah. Yang paling tidak kita kuasai justru kebutuhan dasar yaitu kemajuan ekonomi,” kata JK.

Dengan situasi itu, JK menegaskan bahwa umat Islam di Indonesia harus berjuang untuk memajukan semangat ekonomi keumatan sehingga nantinya akan muncul pengusaha-pengusaha muslim yang sukses.

“Hal ini karena seorang pengusaha yang sukses itu harus punya semangat dulu, baru modal,” tegas orang nomor dua di Indonesia itu.

Menurut JK, para pemangku kepentingan seharusnya tidak hanya memikirkan bagaimana mengatur politik keumatan saja. Tapi bagaimana mendorong agar ekonomi keumatan itu juga bisa mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

“Politik keumatan lebih baik dikurangi dulu. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan ekonomi keumatan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh elemen masyarakat,” katanya.

Selain menyoroti soal kondisi ekonomi umat, JK juga mengomentari kondisi keamanan di Indonesia. Terlebih paska teror yang terjadi di sejumlah tempat di Indonesia, seperti Thamrin, Mako Brimob, hingga teror bom di Surabaya.

Menurut JK, kondisi terkini yang terjadi di Indonesia tak terlepas dari konflik yang ada di negara-negara Islam lainnya. Dari sekitar 53 negara dengan mayoritas Islam, 15 di antaranya sedang terjadi konflik internal.

“Saya kira ini zaman umat Islam bergolak satu sama lain. Ini kondisi yang luar biasa dan semua yang di perang konflik datang dari luar. Jadi ada suatu pengondisian bahwa kalau ingin negara Barat maju maju, maka negara Islam harus konflik satu sama lain,” ujar JK.

JK berpandangan, banyaknya konflik yang terjadi di negara Timur Tengah mengakibatkan masyarakat dunia mengenal istilah Islamfobia. Hal ini memunculkan ketakutan jika ada kaum Muslim yang berkunjung ke suatu negara.

“Meski jumlah penduduk Indonesia mayoritas muslim, tidak terpengaruh dengan konflik tersebut. Kita bisa berdampingan dengan umat yang lain. Sebab, Islam masuk di Indonesia dibawa oleh para pedagang, bukan dengan cara perang,” katanya. (L/R06/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Comments: 0