Idlib, MINA – “Ini Ramadhan pertama saya jauh dari rumah,” kata Sahin Abu Mahmut, salah satu dari jutaan pengungsi Suriah yang harus meninggalkan kampung halaman mereka karena serangan rezim Presiden Bashar al-Assad di Provinsi Idlib, Suriah barat laut.
Pada Jumat (24/4), umat Islam di seluruh dunia menyambut bulan suci Ramadhan. Meskipun dikenal sebagai bulan yang menyatukan orang-orang dan keluarga, di Idlib, warga sipil yang tergusur oleh perang harus melewati bulan suci ketika berada jauh dari rumah dan keluarga. Para pengungsi bangun untuk sahur pertama mereka pada Jumat pagi di bawah atmosfer yang relatif tenang karena gencatan senjata yang ditengahi oleh Turki dan Rusia bulan lalu.
Berbicara kepada Anadolu Agency (AA), Mahmut mengatakan meskipun baru saja mengungsi, tujuh bulan yang lalu, ia ia bisa merasakan perasaan mereka yang harus bermigrasi delapan tahun yang lalu.
“Hanya mereka yang menderita rasa sakit ini yang dapat memahami perasaan ini, mereka yang harus meninggalkan rumah mereka. Saya harap semua orang kembali ke rumah mereka dan perang berhenti,” kata Mahmut. Dia telah tinggal di kamp Atme di dekat perbatasan Turki.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
“Satu-satunya keinginan saya adalah pulang ke kampung halaman. Saya senang bisa hidup aman dengan sumber daya dasar. Jika rezim tidak mau mundur dari kota-kota kami, kami tidak bisa kembali. Bagaimana kami bisa? Paman saya dan keluarganya, saudara lelaki saya, keponakan perempuan saya, paman yang lain, mereka semua tewas selama Ramadhan terakhir oleh serangan Rusia,” ujarnya.
Menjadi ayah tiga anak, Mahmut mengatakan tahun lalu, setidaknya 50 bom dijatuhkan di dekat rumah mereka, menyebabkan mereka akhirnya meninggalkan kota.
Idlib saat ini menampung sekitar 4 juta warga sipil, termasuk ratusan ribu yang lolos dari kekerasan dalam beberapa tahun terakhir oleh pasukan rezim di seluruh Suriah yang dilanda perang. Beberapa pengungsi kemungkinan memanfaatkan gencatan senjata sebagai kesempatan untuk kembali ke rumah.
Sekitar 1 juta warga Suriah mengungsi dari Provinsi Idlib ketika rezim Assad dan sekutunya meluncurkan serangan November lalu.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sebagian besar pengungsi mencari perlindungan di kamp-kamp dekat perbatasan dengan Turki, sementara yang lain pergi ke daerah-daerah di bawah kendali oposisi Suriah.
Protokol 6 Maret antara Ankara dan Moskow mendesak semua pihak untuk menghentikan pertempuran di zona de-eskalasi.
Muhammad Hallaj, direktur Response Coordination Group Suriah, mengatakan kepada AA 185.000 warga Suriah yang terlantar kembali ke rumah mereka segera setelah gencatan senjata. (T/R10/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata