Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Samuel al-Magribi: Matematikawan Muslim dan Dokter Keturunan Yahudi

Risma Tri Utami - Selasa, 26 September 2017 - 15:38 WIB

Selasa, 26 September 2017 - 15:38 WIB

1506 Views ㅤ

Ilustrasi Samuel al-Magribi

Oleh: Risma Tri Utami, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Samuel bin Yahya bin Abbas atau biasa dikenal sebagai Samuel al-Magribi lahir di Baghdad, Irak pada tahun 1130 M dan meninggal pada tahun 1175 M di Maragheh, Iran. Ia berasal dari keluarga Yahudi dan termasuk salah seorang pembesar Yahudi yang masyhur, setelah menetap di Persia Barat barulah ia memeluk agama Islam.

Ayahnya bernama Abul-Abbas Yahya al-Maghribi, seorang sarjana Yahudi bidang agama dan sastra asal Fez, Maroko yang kemudian pindah ke Baghdad. Sementara ibunya bernama Anna Levi Ishak.

Setelah keislamannya, Samuel memberitahu bahwa dirinya pernah bertemu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dalam mimpinya. Ia memilih untuk mengumumkan kisah mimpinya itu empat tahun setelah beliau memeluk agama Islam.

Baca Juga: Parfum Mawar Untuk Masjid Al-Aqsa

Samuel sangat mencintai Islam. Ia menulis beberapa buku tentang beberapa pengalaman spiritualnya setelah menjadi seorang Muslim. Ia juga pernah menulis buku yang isinya menentang ajaran beberapa kelompok Yahudi.

Samuel al-Magribi adalah ilmuwan yang sangat brilian dan disegani. Di usianya yang sangat muda, ia telah menjadi ahli matematika dan menguasai imu kedokteran.

Menurut beberapa riwayat, sejak kecil Samuel sudah tertarik memecahkan soal-soal matematika yang dibuat para ilmuwan generasi terdahulu. Ia gemar mempelajari buku matematika, baik yang ditulis oleh ilmuwan Arab maupun Yunani.

Tak mengherankan, di kemudian hari ia mampu menghasikan sejumlah karya besar, terutama di bidang matematika modern. Dari sejumlah kajian kontemporer tentang Samuel, terlihat bahwa ia adalah imuwan matematika yang hebat.

Baca Juga: Keseharian Nabi Muhammad SAW yang Relevan untuk Hidup Modern

Ilmu matematika yang dikuasainya merupakan pengembangan dari matematika yang sudah di gagas oleh ilmuwan Arab terdahulu, seperti Al-Khwarizmi. Dalam hal ini, Samuel memperkenalkan dasar-dasar biangan negative dan sejumlah persamaannya.

Samuel berhasil menerapkan konsep perkalian, pembagian, dan akar pangkat dua dengan memakai bilangan negative. Ia bahkan memberikan sejumlah contoh dalam bentuk gambar atau jadwal. Hitungan matematika ciptaan Samuel menggunakan metode penyelesaian persamaan yang panjang, dengan sepuluh majazi (bilangan yang tidak diketahui).

Semasa hidupnya, Samuel membuat banyak tulisan tentang matematika, namun sayang, hanya sedikit yang masih tersisa. Saat ini, dua karya Samuel tersebut tersimpan di Istambul, Turki. Salah satunya adalah sebuah buku matematika yang berjudul “al-Bahir fi al-Jabar”.

Ia juga menulis buku polemik terkenal dalam bahasa Arab memperdebatkan agama Yahudi dikenal sebagai Ifḥām al-Yahud (Confutation orang Yahudi) atau dalam bahasa Spanyol Epistola Samuelis Maroccani dan kemudian dalam bahasa Inggris dikenal sebagai The Yahudi diberkati Maroko.

Baca Juga: Satu Tahun Badai Al-Aqsa, Membuka Mata Dunia

Dikemudian hari, beberapa ilmuwan Barat telah menerbitkan ringkasan buku karya Samuel tersebut. Pusat penelitian ilmiah paris juga menerbitkan kedua buku tersebut kedalam bahasa Prancis dan Arab. Buku tersebut hanya mengalami sedikit sevisi dan penyesuaian karena isinya sudah sangat lengkap dan istilah yang digunakan masih sesuai dengan yang dipakai sekarang.

Pada jamannya, banyak perguruan tinggi Eropa menggunakan karya Samuel sebagai bahan referensi. Selain di Istambul, karya Samuel yang lain tersimpan rapi di beberapa perpustakaan Eropa, seperti Prancis dan Italia.

Selain sebagai ahli matematika, Samuel juga seorang dokter yang andal. Sebagai dokter, ia pernah bekerja di sejumlah negara, seperti Irak, Syria,dan Azerbaijan. Ia banyak melakukan perjalanan ke daerah untuk menolong siapapun yang kebetulan membutuhkan bantuannya.

Secara pribadi, Samuel mempunyai sifat terpuji yang sangat menjunjung tinggi kebenaran. Adapun sebagai seorang muslim, Samuel selalu bertindak dan berpikir sesuai Al-Quran.

Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi

Berbagai sumber. (A/R09/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Satu Tahun Taufanul Aqsa

Rekomendasi untuk Anda

Kolom