Depok, MINA – Direktur Pendidikan Diniyah dan Pontren Kementerian Agama Republik Indonesia Ahmad Zayadi mengatakan, seorang santri bisa melawan hoax dan tuduhan teroris terhadap umat Islam lewat budaya literasi.
“Sudah saatnya kita membudayakan literasi untuk melawan hoax dan tuduhan teroris yang ditujukan oleh umat Islam,” katanya kepada Mi’raj News Agency (MINA) di sela-sela acara perayaan Hari Santri yang diselenggarakan oleh Santri Nulis di Depok, Sabtu (28/10).
Zayadi menegaskan, di zaman milenial saat ini, pemuda harus merubah peradaban otot dengan menulis. “Pemikiran harus kita lawan dengan pemikiran kembali, tulisan kita lawan dengan tulisan” tegasnya.
Strategi literasi ini, kata Zayadi menjadi fokus perayaan hari santri tahun kedua yang tujuannya untuk mengangkat santri dan pesantren yang masih dianggap lemah dan terbelakang.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
“Pesantren itu hebat, santri itu luar biasa, jasa yang ditorehkan di masyarakat besar, tapi semua hanya dinikmati oleh komunitas santri itu sendiri, kelebihan itu tidak diketahui oleh banyak orang,” katanya.
Menulis, menurutnya merupakan salah satu cara mengkomunikasikan dan mengekspos kehebatan santri, pesantren yang tidak hanya di masyarakat, tapi juga di dunia luar. Karena menurutnya, “bisa jadi kepedulian terhadap pesantren lebih besar, jika mampu mendorong masyarakat di luar pesantren dan internal pesantrennya sendiri. Ini sinergi yang luar biasa”.
Dalam sambutannya di acara Santri Writer Summit (SWS) 2017, Zayadi berharap kepada santri yang telah lulus agar terus menjaga identitaasnya sebagai santri dan mengajak semua pihak agar bisa mewakili santri untuk membudayakan literasi.
“Santri tidak hanya mereka yang pernah belajar di pesantren, tapi santri adalah mereka yang memiliki wawasan ke-Islaman yang rahmatan lil alamin, wawasan kebangsaan dan kebudayaan Indonesia,” tambahnya.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
SWS merupakan konferensi literasi santri pertama di Indonesia yang bertujuan untuk mendorong para generasi muda khususnya santri agar terlibat dalam penyebaran pesan perdamain melalui media literasi.
Ikut hadir dalam acara nii beberapa penulis dan pembicara nasional di bidang literasi, diantaranya penulis novel best seller Ayat-ayat Cinta, Habiburrahman El-Shirazy, Asma Nadia, dan penulis-penulis muda lainnya.
Ketua Panitia, Sulistia NIsa Utami mengatakan acara yang dihadiri oleh 250 peserta dari berbagai komunitas menulis dan juga 50 delegasi Pesantren se-Indonesia yang terpilih essainya dari 357 pengirim. Ke-50 essai pilihan tersebut nantinya akan dibukukan oleh Santrinulis Publisher sebagai apresiasi bagi para delegasi.
Acara dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2017 ini akan diselenggarakan pada 28-29 November mendatang di Auditorium Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Acara yang berlangsung selama 2 hari, yaitu Sabtu-Minggu, 28-29 Oktober 2017 dengan diikuti oleh 50 delegasi pesantren se-Indonesia. Peserta akan menginap selama 2 hari 2 malam dengan biaya selama acara ditanggung oleh pihak penyelenggara.
Di hari pertama, peserta akan diberikan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi langsung dengan narasumber yang juga merupakan seorang santri, penulis, sastrawan, budayawan, ataupun aktivis. Di hari kedua, peserta akan melakukan diskusi secara fokus membahas peran santri terhadap isu-isu perdamaian dan diskursus kemanusiaan. Diskusi ini membahas beberapa tema yang telah ditentukan dengan tema utama “Islam dan perdamaian”. (L/P3/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia