Banten, MINA – Apian Firdaus (11) tak kuasa menahan air mata tatkala ia mengingat almarhum ayahnya yang wafat setahun lalu. Apian, panggilan akrabnya, adalah salah seorang santri Pesantren Hidayatul Mubtadiin yang terletak di Ciseureuheun, Pandeglang, Banten.
Anak keempat dari lima bersaudara itu ditinggalkan oleh ayahnya saat ia berusia 10 tahun. Saat ini, Apian tinggal bersama ibu dan saudara-saudaranya di rumah sederhana milik mereka.
Dalam keterangan tertulis yang diterima MINA, Jumat (18/9), ia hidup dengan penuh kesederhanaan. Sang ibu hanya bekerja sebagai petani di sawah dengan penghasilan yang tak menentu. Sedangkan di sisi lain, ia dan saudara-saudaranya tetap memerlukan kebutuhan hidup untuk sehari-hari.
Apian menangis saat menceritakan sosok ayahnya. Ia mengatakan bahwa ayahnya pun dulunya seorang petani. Meski demikian, keluarga mereka sangat rukun di tengah himpitan kebutuhan hidup.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Air matanya kembali tumpah saat menjelaskan alasannya menghafal Al-Quran. Ia mengatakan bahwa ingin menjadi penghafal Qur’an sebagai hadiah untuk orang tuanya.
“Apian ingin menjadi penghafal Al-Quran sebagai hadiah untuk orang tua,” tuturnya tersendu-sendu.
Di sela-sela aktivitasnya di pesantren, Apian selalu rajin mendoakan almarhum ayahnya agar diterima di sisi Allah dan mendapatkan tempat terbaik di sana. Kelak, ia ingin menghadiahkan mahkota kebanggaan kepada kedua orang tua di surga.
Mengenai cita-citanya, Apian ingin sekali menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang hafal Al-Quran. Karena dengan menjadi TNI, ia ingin membanggakan keluarga, terutama ayahnya yang telah tiada.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
“Cita-citanya ingin menjadi tentara, dan juga ingin membanggakan orang tua,” pungkas Apian. (R/R1/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia