Santun Terhadap Sesama

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam  bersabda kepada Asyaj Abdil Qais, “Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua budi pekerti yang dicintai Allah, yaitu; santun dan perlahan-lahan (tidak tergesa-gesa).” (HR. ).

Santun maknanya adalah menahan amarah. Selain itu, santun juga bisa diartikan mengikat hawa nafsu agar tidak melanggar hal-hal yang se-suai dengan keinginannya. Santun juga mengandung makna kesadaran, kesabaran, ketidaktergesaan, dan keteguhan.

Orang yang santun, bukanlah orang yang berlaku santun saat disakiti saja, tapi dia juga berlapang dada untuk memaafkan orang yang berbuat curang kepadanya. Dhamrah, seorang salafus shalih berkata, “Santun kedudukannya lebih tinggi daripada akal, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebut Dzat-Nya dengan sebutan santun.”

Dalam Alqur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak memberi sifat santun kecuali kepada kekasih-Nya, Ibrahim as dan Ismail as. Allah berfirman, “Sesungguhnya, Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (Qs. At Taubah : 114). Dalam ayat lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Maka, Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat santun.” (Qs. Ash Shaffat : 101).

Orang yang penyantun tindakannya pun amat agung, terpuji. Kedudukannya luhur, dan diridhai Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta disenangi oleh manusia se-luruh alam. Yang paling mengesankan dari sifat santun adalah manakala hal itu dilakukan oleh penguasa untuk membela dirinya.

Suatu ketika Abdullah bin Mas’ud menceritakan, tatkala Nabi Shallallahu alaihi Wa Sallam membagi-bagikan harta benda hasil rampasan perang Hunain, seorang dari kalangan Anshar berkata, “Dia (Muhammad) melakukan itu tidak demi mencari keridhaan Allah.”

Lalu Ibnu Mas’ud menceritakan ucapan busuk itu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tampak berubah raut wajahnya lalu berdoa, “Mudah-mudahan Allah merahmati Musa. Dia telah disakiti lebih besar dari ini namun dia bersabar.” (HR. Bukhari).

Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam begitu sabar dan bersikap santun terhadap orang dari kalangan Anshar itu. Jadi, orang yang santun sesungguhnya orang yang bisa menjadikan Nabi Shallallahu alaihi Wa Sallam sebagai suri teladan dalam seluruh etika kehidupannya. Orang yang santun juga akan selalu berhias diri dengan perilaku-perilaku mulia.

Dia akan merasa sangat malu bila sampai melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti KKN, suap-menyuap, mencuri, dan lain sebagainya. Jika saja para pemimpin negeri ini bisa berbuat lebih santun lagi kepada rakyatnya, tentu tak akan ada kebrutalan, anarkis, pembunuhan dan tindakan-tindakan melanggar hukum lainnya. Wallahua’lam.(R02/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.