New York, MINA – Data satelit yang diakses oleh badan HAM menunjukkan, kebakaran yang meluas terjadi di setidaknya 10 wilayah di Rakhine State, Myanmar, menyusul tindak kekerasan militer negara itu terhadap warga Muslim Rohingya.
Warga dan aktivis telah menuduh tentara Myanmar menembak tanpa pandang bulu warga Rohingya yang tidak bersenjata, wanita dan anak-anak serta melakukan serangan pembakaran terhadap desa dan rumah-rumah.
Namun, pihak berwenang Myanmar mengatakan, hampir 100 orang telah terbunuh sejak Jumat dini hari, ketika orang-orang yang mengaku kelompok militan Tentara Keselamatan Arakan Rohingya (ARSA) melancarkan serangan sebelum fajar terhadap pos terdepan polisi di wilayah yang bergolak. Namun, angka jumlah korban tewas yang diklaim warga Rohingya yang selamat, jauh lebih banyak, tapi tidak ada angka pasti. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Pihak berwenang Myanmar mengatakan bahwa militan telah menetapkan baku tembak saat berperang dengan tentara pemerintah.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Sementara itu, warga Rohingya menyalahkan tentara yang telah dituduh melakukan pembunuhan di luar hukum.
“Pemerintah Burma harus memberikan akses kepada pemantau independen untuk menentukan sumber-sumber kebakaran dan menilai dugaan pelanggaran hak asasi manusia,” kata pernyataan dari Human Rights Watch (HRW) yang bermarkas di New York, Selasa (29/8).
HRW mengatakan, kebakaran telah menghanguskan 100km persegi bidang tanah, ukuran yang lebih besar dari luas kebakaran setelah serangan pada bulan Oktober 2016. Konflik yang memanas pada tahun kemarin, HRW mengungkapkan ada sekitar 1.500 bangunan hancur oleh api. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Mi’raj News Agency (MINA)