Saudi di PBB : Akhiri Islamofobia Untuk Perdamaian Dunia

New York, MINA – Arab Saudi meminta semua negara anggota PBB untuk mengutuk kekerasan terhadap umat Islam, dan untuk mempromosikan budaya perdamaian dunia dengan mengakhiri .

Mohammed Alateek, Wakil Perwakilan Tetap Arab Saudi untuk PBB berbicara pada acara Majelis Umum PBB tingkat tinggi menjelang Hari Internasional pertama untuk Memerangi Islamofobia, pada 15 Maret. Arab News melaporkan, Jumat (10/3/2023).

Alateek juga menyerukan dunia untuk memelihara rasa saling menghormati untuk perdamaian dan untuk menolak diskriminasi dan ekstremisme.

Acara PBB diselenggarakan oleh Presiden Majelis Umum Csaba Korosi dan Pakistan, yang saat ini memegang jabatan presiden bergilir Organisasi Kerjasama Islam.

Ia menyerukan kerja sama internasional dalam upaya untuk memerangi diskriminasi, xenofobia, intoleransi dan kekerasan terhadap orang-orang berdasarkan agama.

“Termasuk retorika yang mengarah pada profil rasial, diskriminasi, stereotip negatif dan stigmatisasi terhadap Muslim,” ujarnya.

Berbicara atas nama anggota Kelompok Arab di PBB, Alateek juga mengatakan Kelompok Arab percaya, peringatan Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia akan membantu memperkuat dialog, mempromosikan budaya perdamaian dan meningkatkan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

“Ini adalah kesempatan penting yang memungkinkan kita untuk menyoroti semua manifestasi kebencian dan Islamofobia terhadap Muslim, yang terkadang mengarah pada tindakan keji,” lanjutnya.

Kelompok Arab percaya peringatan tersebut akan membantu memperkuat dialog dan akan mempromosikan budaya perdamaian.

Dalam sambutan pembukaan, Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto Zardari, yang merupakan Ketua Dewan Menteri OKI saat ini, menyoroti beberapa cara di mana Islamofobia bertahan dan seringkali tidak dilaporkan.

“Bahaya Islamofobia sering mendapat perhatian internasional ketika tindakan kekerasan dan terorisme yang keji menyerang Muslim yang tidak bersalah, sementara diskriminasi, kebencian, dan permusuhan yang diam-diam terhadap Muslim tetap diabaikan dan tidak dilaporkan,” kata Bhutto Zardari.

Dia menyerukan penunjukan utusan khusus PBB untuk memerangi Islamofobia, bersama dengan “pengadopsian langkah-langkah internasional untuk perlindungan tempat-tempat suci; adopsi undang-undang untuk melarang ujaran kebencian; pemberian bantuan hukum dan ganti rugi yang layak; dan pembentukan mekanisme dan hukum peradilan nasional dan internasional untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas tindakan Islamofobia.”

Resolusi PBB

PBB menyebutkan, tujuan adanya peringatan pertama Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia, adalah mempromosikan aksi internasional dan mendorong dialog global yang mempromosikan budaya toleransi yang berakar pada penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Sebuah resolusi PBB yang menyatakan 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia dengan suara bulat diadopsi oleh Majelis Umum pada tanggal tersebut pada tahun 2022.

Tanggal tersebut dipilih karena merupakan peringatan serangan terhadap dua masjid oleh seorang pria bersenjata di Christchurch, Selandia Baru, di 2019 yang menyebabkan 51 orang tewas dan 40 luka-luka.

Ketika resolusi itu diperkenalkan, perwakilan dari Pakistan mengatakan bahwa Islamofobia telah muncul sebagai bentuk baru rasisme yang mencakup, larangan bepergian yang diskriminatif, ujaran kebencian, dan penargetan dan perempuan karena cara berpakaian (jilbab).

Teks resolusi tersebut menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mendorong toleransi dan perdamaian yang berakar pada penghormatan terhadap hak asasi manusia dan keragaman agama dan kepercayaan. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.