Kairo, 3 Rajab 1437/10 April 2016 (MINA) – saudi/">Arab Saudi dan Mesir sepakat untuk membangun jembatan yang melintasi Laut Merah guna membantu mengembangkan hubungan antara kedua negara tersebut.
Keputusan itu diumumkan Raja saudi/">Arab Saudi Salman Bin Abdul-Aziz di hadapan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dalam konferensi pers di Al-Ittihadiya Istana Kepresidenan di Kairo, Jumat (8/4), demikian laporan Anadolu Agency.
Kesepakatan untuk membangun jembatan adalah salah satu dari sejumlah perjanjian yang akan ditandatangani oleh kedua pemimpin.
Menurut Raja Salman, membangun jembatan akan membantu untuk mengembangkan hubungan antara Saudi dan Mesir. Pada saat sidang konferensi digelar, Al-Sisi menyarankan bahwa bangunan itu harus dinamai setelah Raja Saudi.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Saya setuju dengan saudara saya, Presiden Yang Mulia Abdel Fattah el-Sisi, untuk membangun jembatan yang menghubungkan kedua negara. Langkah bersejarah ini untuk menghubungkan dua benua, Afrika dan Asia, adalah transformasi kualitatif yang akan meningkatkan perdagangan antara dua benua ke tingkat belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya sebagaimana dikutip Al-Jazeera.
Saat pengumuman itu tidak disebutkan di mana lokasi jembatan akan dibangun, tetapi pada titik terdekat – Nabq, di utara Sharm El-Sheikh, Mesir, dan Ras Al-Sheikh Hamid, di saudi/">Arab Saudi – dua negara yang terpisah berjarak 16 km.
Dalam rencana untuk membangun jembatan bersama di atas Laut Merah di pintu masuk Teluk Aqaba telah dibuat jalur pipa selama beberapa tahun
Sementara itu, Raja Salman menyatakan harapannya untuk pembentukan pasukan Arab bersama, yang diumumkan dalam pertemuan Liga Arab pada Maret tahun lalu. Dia menegaskan pentingnya mencegah gangguan eksternal dalam urusan Arab, merujuk penolakan negara-negara Arab atas ‘keterlibatan Iran di wilayah tersebut.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Al-Sisi memuji contoh kerjasama Mesir-Saudi ini yang mewakili, katanya, “kemitraan strategis antara kedua sayap utama bangsa Arab.”
Dia mengingatkan mereka yang hadir bahwa sebagai seorang pemuda saat itu, Raja Salman secara sukarela dengan kekuatan Saudi yang dikirim ke Mesir untuk menghadapi Agresi Tripartit melawan Mesir tahun 1956, yang disebut “Krisis Suez”, ketika Inggris, Perancis, dan Israel menginvasi negara – upaya yang akhirnya sia-sia untuk memblokir nasionalisasi Terusan Suez.(T/R05/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan