Riyadh, 22 Rabi’ul Akhir 1437/1 Februari 2016 (MINA) – Perdana Menteri Turki Ahmed Davutoglu berkunjung ke Arab Saudi dan bertemu Raja Salman bin Abdulaziz dalam rangkaian pembicaraan koordinasi kawasan antarkedua negara menghadapi berbagai isu terkini.
Ashraq Al-Awsat edisi Senin (1/2) menyebutkan, dalam konferensi pers di Riyadh, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir menyampaikan bahwa pembicaraan menyentuh pada masalah pengaruh Iran terhadap negara-negara di kawasan.
“Pembicaraan resmi untuk penguatan hubungan kedua negara dan perkembangan regional dan internasional,” ujar Menlu Adel Al-Jubeir.
Al-Jubeir mengatakan mereka juga membahas pembentukan sebuah dewan koordinasi strategis antara Arab Saudi dan Turki dan rincian kerjasama.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Dia juga menekankan bahwa Arab Saudi mendukung posisi Turki pada upaya mempertahankan wilayahnya yang dianggap perlu.
Al-Jubeir menyebutkan bahwa dewan bersama antara Riyadh dan Ankara terkait dengan cara-cara untuk memerangi terorisme militer dan koordinasi posisi politik pada isu-isu penting kawasan, seperti menyangkut perkembangan isu Suriah, Iran dan Yaman.
Pembicaraan lainnya terkait urusan perdagangan, kemakmuran ekonomi serta isu-isu yang berkaitan dengan kedokteran, pendidikan dan penelitian.
Sementara itu, Menlu Turki Mevlut Cavusoglu menuntut Iran mundur dari sikap sektarian terhadap negara-negara di kawasan itu serta menambahkan bahwa Turki menentang sektarianisme.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Ia menambahkan, Turki juga mendukung posisi Arab Saudi dan akan bekerja dengan itu untuk memperkuat hubungan dengan cara yang konstruktif di masa depan.
Dalam konteks terkait, Cavusoglu menyatakan keinginan Turki untuk menormalkan hubungan dengan Mesir dan harapannya bahwa kepemimpinan Mesir akan merespon positif Turki.
“Kami juga menyambut baik upaya Arab Saudi untuk menyatukan pandangan kedua negara serta sarannya atas beberapa gagasan terkait,” imbuhnya. (P4/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata