Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya Bersaksi Dokter Joserizal Adalah Seorang Mujahid Fi Sabilillah” (Oleh: Munarman, SH.; Jubir FPI)

Rana Setiawan - Selasa, 21 Januari 2020 - 03:08 WIB

Selasa, 21 Januari 2020 - 03:08 WIB

7 Views

Oleh: Munarman, SH.; Juru bicara Front Pembela Islam (FPI), advokat, mantan aktivis HAM, mantan Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)

Tadinya saya enggan untuk membuat tulisan ini, namun setelah saya timbang-timbang dan “diprovokasi” oleh tulisan Tony Rosyid dengan anak judul yang membuat saya tersentak. Dalam anak judul tulisan Tony tidak sempat mampir ke rumah dr. Joserizal Jurnalis, SpOT., Pendiri dan Dewan Pembina Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).

Pada malam itu selepas diskusi di Radio Silaturahim (Rasil), saya dan Tony sebagai narasumber dengan topik diskusi “PENGASINGAN POLITIK Habib Rizieq Syihab oleh Rezim.”

Sekitar jam 20.00 WIB sebelum diskusi akan segera dimulai, pak Faried Thalib menyatakan bahwa seandainya tadi saya datang lebih sore, dr. Jose mau ajak diskusi dulu di rumahnya yang berdekatan dengan studio radio Rasil. Namun karena saya terlambat karena terjebak macet menuju Cibubur akhirnya agenda diskusi on air dulu baru kemudian ke rumah dr. Jose. Padahal juga pak Faried mau ajak makan sambil diskusi bersama dr. Jose.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Namun setelah selesai diskusi on air dua jam kemudian, Tony tidak bisa ikut ke rumah dr. Jose, karena istrinya sedang menunggu di tempat berbeda. Jadi ternyata Tony juga terjebak macet, yang akibatnya harus naik ojek dan turun dari mobilnya. Istrinya meneruskan membawa mobil dengan mencari tempat berhenti. Dan Tony harus segera menjemput di posisi istrinya menunggu. Jadi itulah mengapaTony tidak bisa ikut ke rumah dr. Jose.

Sementara saya dan pak Faried, setelah selesai diskusi on air menuju ke rumah dr. Jose. Namun karena memang dr. Jose sedang dalam keadaan sakit, sepertinya harus istirahat. Dan akhirnya saya juga tidak sempat bertemu dengan dr. Jose. Padahal saya sudah lama sekali tidak ngobrol dengannya. Dan sangat ingin diskusi.

Terakhir saya kunjungi dr. Jose ketika beliau di-opname di RS Jantung Harapan Kita tepat pada 31 Desember 2019.

Perkenalan Pertama

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Perkenalan dengan dr. Jose ketika saya menjadi salah satu anggota Team Pembela Ustaz Abu Bakar Ba’asyir (ABB). Ketika itu dr. Jose ikut mendampingi Ustaz ABB sebagai Team Medis, pada tahun 2003.

Beliau selama mendampingi Ustaz ABB sebagai Koordinator Team Medis sangat aktif dan luar biasa

Dalam proses tersebut kami seringkali diskusi. Terutama menyangkut kasus Ambon.

Beliau langsung terjun ke daerah konflik di Ambon dan melihat fakta fakta ketidakadilan, baik dari segi kebijakan maupun dari segi pemberitaan terhadap umat Islam di Ambon. Salah satunya adalah, umat Islam yang sebelumnya adalah korban, akibat pemberitaan dan kebijakan yang tidak adil, dibalikkan faktanya seolah menjadi penyebab dan pelaku konflik Ambon.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Dan dr. Jose melihat ada campur tangan internasional dalam konflik Ambon tersebut.

Tidak berhenti di konflik Ambon, dr. Jose juga terjun langsung ke Afghanistan untuk memberikan pertolongan medis kepada rakyat Afghanistan yang pada tahun 2001 di agresi oleh Amerika Serikat.

Dalam berbagai kesempatan diskusi, dr. Jose seringkali menyatakan bahwa beliau sangat terkesan dengan bangsa Afghan yang bersahaja, serba kekurangan namun tangguh dalam menghadapi berbagai agresi bangsa asing.

Perjalanan dr. Jose di Afghanistan ini dilakukan berpekan-pekan dan di berbagai tempat yang dibom oleh Amerika Serikat.

Baca Juga: [BREAKING NEWS] Pria Amerika Bakar Diri Protes Genosida di Gaza

Pada 2003, ketika Amerika Serikat lagi lagi menginvasi negara lainnya yaitu Irak, dr. Jose kembali terjun langsung.

Dalam berbagai ngobrol dengan beliau, pengalaman di Afghanistan maupun di Irak sering kami tanyakan.

Dalam pengalaman beliau di dua negara tersebut, seringkali beliau bersama Tim MER-C terjebak di tengah pertempuran antara tentara penjajah dan mujahidin. Dan Alhamdulillah beliau bersama Tim bisa lolos dari sergapan tentara penjajah tersebut. Pernah diceritakan oleh beliau, bahwa seandainya beliau sempat tertangkap oleh pasukan penjajah Amerika Serikat, tentu sudah berada di Guantanmo, karena akan dianggap sebagai foreign figther dalam kacamata kaum penjajah. Padahal beliau memberikan bantuan sebagai dokter medis dalam kancah pertempuran tersebut.

Gempa Pariaman

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Tahun 2009, saya bersama dr. Jose berada di Pariaman saat gempa melanda Sumatera Barat. Dan Pariaman salah satu wilayah terdampak bencana yang cukup parah. Aktivitas dr. Jose banyak dihabiskan dalam ruang operasi korban gempa, bahkan sampai berjam-jam.

Saat ada keperluan di Jakarta, di tengah aktifktas penanganan bencana tersebut, dr. Jose sempat pulang, dan saya baru menyadari bahwa dr. Jose saat membantu korban gempa tersebut dalam keadaan kakinya juga cidera sehingga harus menggunakan tongkat saat berjalan.

Dua hari kemudian setelah urusan di Jakarta selesai, dr. Jose kembali mengajak saya ke Pariaman, kali ini denga menggunakan mobil pribadi beliau. Bersama salah satu relawan, kami bertiga menempuh perjalanan darat lebih kurang 30 jam melalui lintas tengah Sumatera. Dengan membawa peralatan medis.

Pulang dari Pariaman seminggu kemudian, kami bertiga kembali menggunakan jalur darat, kali ini melalui lintas timur Sumatera. Dengan waktu kurang lebih sama 30 jam perjalanan. Padahal dr. Jose seperti yang saya sebutkan tadi, juga dalam keadaan kakinya masih cidera.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Namun semangat beliau dalam membantu rakyat yang tertimpa musibah sangat luar biasa.

Global March to Jerusalem

Tahun 2012, sekitar November, saya bersama dr. Jose, kembali melakukan perjalanan ke Yordania. Perjalanan kali ini adalah dalam rangka konferensi untuk persiapan acara Global March to Jerusalem. Yaitu satu kegiatan yang dirancang oleh aktivis civil society untuk membebaskan blokade Israel terhadap Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Dalam konferensi tersebut, dr. Jose menyuarakan agar para aktivis jangan terlalu banyak teori, namun lemah di implementasi. Dan dr. Jose mengajak peserta konferensi agar segera menyusun action plan untuk kegaiatan tersebut. Ini salah satu karakter dr. Jose, yaitu semua rencana harus bisa diimplementasikan.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Dalam perjalanan selama empat hari tersebut, kami bertiga satu kamar agar diskusi menjadi intensif.

Dan setiap sholat, dr. Jose selalu mempersilahkan kami untuk menjadi Imam. Namun saya selalu meminta dr. Jose sebagai Imam Sholat selama perjalanan. Karena kami jadikan sebagai Imam Safar. Dan seluruh gerakan maupun bacaan sholat dr. Jose sangat baik dan sempurna selayaknya santri lulusan pondok pesantren salafiyah. Tak ada keraguan saya menjadi makmum dalam sholat bersama beliau selaku Imam.

Maret 2013, implementasi dari hasil konferensi November 2012, jadi dilaksanakan.

Saya sekali lagi, bersama dr. Jose dan rombongan besar, berangkat menuju Amman.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Kami tiba di Amman lebih kurang pukul 09.00 waktu setempat. Namun sayang, kali ini saya tidak bisa masuk ke Yordania dan harus pulang kembali ke Jakarta dengan penerbangan hari itu juga pukul 17.00 waktu setempat. karena alasan intelijen.

Gigit jari saya, karena tidak bisa ikut kegiatan menembus pagar batas penjajah Israel.

Dan dr. Jose lah orang yang pertama kali mengabari tentang deportasi saya ini ke teman-teman jurnalis di Jakarta. Beliau sempat berdebat sengit dengan pihak imigrasi dan intelijen Yordania agar saya bisa masuk dan ikut kegiatan Global March to Jerusalem.

Mujahidin fi Sabilillah

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Khalifah Umar bin Khattab rodiyallahu ‘anhu pernah memberikan tips khusus dalam masalah ini, sebagaimana diceritakan oleh salah seorang Tabi’in yang bernama Khorasyah bin Al hurr rohimahulloh :

شهد رجل عند عمر بن الخطاب رضى الله عنه فقال له عمر: إنى لست أعرفك ولا يضرك أنى لا أعرفك فائتنى بمن يعرفك , فقال رجل: أنا أعرفه يا أمير المؤمنين , قال: بأى شىء تعرفه؟ فقال: بالعدالة. قال: هو جارك الأدنى تعرف ليله ونهاره ومدخله ومخرجه؟ قال: لا. قال: فعاملك بالدرهم والدينار الذى يستدل بهما على الورع؟ قال: لا. قال: فصاحبك فى السفر الذى يستدل به على مكارم الأخلاق؟ قال: لا. قال: فلست تعرفه , ثم قال للرجل: ائتنى بمن يعرفك

“Ada seorang lelaki yang bersaksi dihadapan Umar bin Khattab rhodiyallohu ‘anhu, Umar berkata kepadanya: Aku tidak mengenalmu, dan tidak masalah meskipun aku tak mengenalmu, tapi datangkanlah seseorang yang mengenalmu.”

Tiba tiba seorang laki-laki diantara hadirin berkata: Aku mengenalnya dengan baik wahai Amirul mukminin. Umar lantas bertany : Bagaimana engkau mengenalnya?

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Ia menjawab: Dia adalah orang yang bisa dipercaya.

Umar kembali bertanya: Apakah dia adalah tetanggamu hingga engkau ketahui keadaannya baik siang maupun malam?

“Tidak,” jawabnya.

Apakah engkau pernah berbisnis dengannya sehingga kau ketahui bahwa ia adalah seorang yang wara’?

“Tidak.”

Pernahkah engkau bersafar (berpergian) dengannya hingga engkau ketahui bahwa ia memiliki akhlak yang mulia?

“Tidak,” jawabnya lagi.

Itu berarti engkau tidak mengelanya.

Kemudian Umar berkata kepada pemuda yang bersaksi tersebut : Carikan aku orang yang benar-benar mengenalnya. (Diriwayatkan oleh Al baihaqi dan dishahihkan oleh Albani dalam Irwaul gholil)

Dari beberapa kali perjalanan yang lebih dari tiga hari bersama dr. Jose tersebut, saya bersaksi bahwa dr. Jose adalah mujahidin fi sabilillah.

Dokter Joserizal adalah seorang mujahid sekaligus aktivis kemanusiaan sejati. Aktivitas beliau bukan saja terbatas pada batas batas teritorial Indonesia.

Dari pengalaman saya berinteraksi dengan kalangan aktivis dari berbagai spektrum, saya belum melihat seorang aktivis yang benar benar ikhlas dan tidak mencari popularitas.

Dokter Joserizal patut untuk dijadikan contoh bagi aktivitas kemanusiaan lintas batas.

Engkau adalah sahabatku dokter Jose.

Jakarta, Cibubur 20 Januari 2020

(AK/R1/P1)

Rekomendasi untuk Anda