DI ERA digital saat ini, interaksi manusia semakin bergeser ke ruang maya. Data dari We Are Social (2024) menunjukkan bahwa 5,07 miliar orang di dunia menggunakan internet, dengan lebih dari 4,8 miliar di antaranya aktif di media sosial. Di Indonesia, sekitar 213 juta orang terhubung ke internet, dan mayoritas di antaranya adalah pengguna aktif media sosial. Fakta ini menyiratkan bahwa platform digital kini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi para muslimah.
Bagi seorang muslimah, kemajuan teknologi bukanlah hambatan untuk beribadah dan berdakwah, melainkan peluang besar untuk menebar kebaikan. Dalam Surah Az-Zalzalah ayat 7-8, Allah menegaskan bahwa setiap amal, sekecil apapun, akan dibalas. Maka, scroll yang dilakukan di dunia digital pun bisa menjadi ladang pahala jika diarahkan untuk amal dan dakwah.
Salah satu cara nyata muslimah dapat memanfaatkan dunia digital untuk amal adalah melalui konten edukatif dan inspiratif. Banyak akun muslimah saat ini yang membagikan tadabbur Al-Qur’an, motivasi hijrah, tips parenting islami, dan kisah-kisah inspiratif. Konten seperti ini telah terbukti memiliki efek positif terhadap pengguna lain. Sebuah studi dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 41% pengguna media sosial merasa terinspirasi untuk melakukan hal baik setelah melihat postingan keagamaan.
Dunia digital juga memungkinkan muslimah untuk memperluas cakupan dakwah secara signifikan. Jika di masa lalu dakwah terbatas pada mimbar dan majelis, kini cukup dengan satu video atau tulisan singkat, seorang muslimah dapat menjangkau ribuan, bahkan jutaan orang. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sampaikanlah dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhari).
Baca Juga: Bijak Bermedsos, Etika Muslimah di Dunia Maya
Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube telah menjadi medan baru dakwah muslimah muda. Banyak konten kreatif seperti video singkat tentang adab, ceramah singkat, hingga podcast islami yang diproduksi oleh para muslimah. Menurut laporan Katadata Insight Center, perempuan berusia 18–34 tahun merupakan pengguna dominan media sosial di Indonesia. Ini menjadi potensi strategis dalam menggerakkan perubahan berbasis nilai-nilai Islam.
Tak hanya dakwah, dunia digital juga membuka jalan untuk sedekah dan donasi secara instan. Muslimah kini bisa berdonasi hanya dalam beberapa klik melalui platform seperti Kitabisa, ACT, hingga BAZNAS. Menurut laporan BAZNAS (2023), lebih dari 35% donatur mereka berasal dari kalangan perempuan usia produktif yang aktif di dunia digital.
Selain itu, muslimah juga berkontribusi dalam gerakan literasi digital syariah. Banyak komunitas muslimah online yang aktif berbagi ebook gratis, materi kajian, dan kelas daring seputar Al-Qur’an, hadis, dan fikih wanita. Mereka menciptakan ruang aman dan suportif untuk para muslimah belajar agama tanpa harus keluar rumah, terutama bagi ibu rumah tangga atau mereka yang tinggal di daerah terpencil.
Dunia digital juga menjadi ruang untuk membangun ukhuwah Islamiyah lintas daerah dan negara. Grup WhatsApp, Telegram, atau forum daring lainnya telah menjadi sarana silaturahmi dan saling menasihati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Agama itu nasihat” (HR. Muslim), dan dunia digital mempercepat penyampaian nasihat ini secara luas dan berkesinambungan.
Baca Juga: 15 Kesalahan Umum Muslimah dalam Berpakaian
Namun, penting bagi muslimah untuk tetap bijak dalam bersosial media. Menurut penelitian dari University of Pennsylvania, penggunaan media sosial yang tidak terkendali dapat menurunkan kesejahteraan psikologis. Oleh karena itu, perlu ada manajemen waktu digital yang baik agar aktivitas online tidak mengganggu peran utama muslimah dalam keluarga dan masyarakat.
Prinsip niat yang lurus juga harus dijaga. Amal digital yang dilakukan harus murni karena Allah, bukan demi popularitas atau pujian. Dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5, Allah menegaskan bahwa ibadah yang diterima adalah yang dilakukan dengan ikhlas. Maka, saat membuat konten, berdonasi online, atau menyebarkan kebaikan digital, muslimah harus terus meluruskan niat.
Adab digital juga perlu diperhatikan. Jangan sampai niat berdakwah berubah menjadi debat kusir atau menyakiti orang lain di kolom komentar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Etika komunikasi ini harus menjadi pedoman setiap muslimah di dunia digital.
Dengan bekal ilmu dan keterampilan digital, muslimah bisa menjadi agen perubahan di masyarakat. Kursus-kursus desain grafis islami, editing video dakwah, atau penulisan konten inspiratif semakin banyak diakses oleh perempuan. Ini menunjukkan bahwa muslimah tidak hanya menjadi objek digital, tetapi juga subjek aktif yang menciptakan nilai-nilai Islam dalam ruang maya.
Baca Juga: Dahsyatnya Peran Seorang Wanita Dalam Keluarga
Dunia digital adalah tempat di mana jejak amal dapat terekam dan tersebar luas. Seperti pepatah Arab, “Al-‘Ilmu yantafi‘u bihi ba‘da al-maut”, ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir pahalanya setelah kematian. Maka, setiap konten positif yang diproduksi dan disebarkan oleh muslimah dapat menjadi amal jariyah, selama itu tetap memberi manfaat.
Tantangan ke depan adalah menjaga konsistensi dan keistiqamahan dalam berdakwah digital. Dunia maya sangat dinamis dan cepat berubah. Algoritma bisa berubah, tren bisa bergeser. Tapi nilai-nilai kebaikan dan dakwah harus tetap dijaga, karena misi utama seorang muslimah adalah menjadi cahaya di tengah kegelapan, termasuk di belantara digital.
Dunia digital bukan hanya tempat hiburan dan informasi, tetapi juga lahan amal dan ladang pahala. Bagi muslimah, ini adalah peluang emas untuk scroll ke surga—menjadikan setiap detik di dunia maya bernilai ibadah. Dengan niat yang ikhlas, ilmu yang benar, dan adab yang mulia, muslimah bisa menjadi kekuatan besar dalam membumikan nilai-nilai Islam di era digital ini.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 10 Tips Menjadi Muslimah yang Dicintai Allah dan Rasul-Nya