Sebanyak 200 Delegasi LSM dari 23 Negara Bahas Pembangunan Gaza Pasca Perang

Lebih dari 200 delegasi lembaga kemanusiaan dan organisasi non-pemerintah (LSM) dari 23 negara berkumpul untuk menyusun strategi arah rekonstruksi pasca perang di Gaza, Palestina, dalam konferensi internasional “Program Pembangunan Kembali Gaza Pasca Perang” pada Sabtu-Senin, 10-12 Februari 2024 ini di Selangor Malaysia.(Foto: Rana/MINA)

Selangor, MINA – Lebih dari 200 delegasi lembaga kemanusiaan dan organisasi non-pemerintah (LSM) dari 23 negara berkumpul untuk menyusun strategi arah rekonstruksi pasca perang di Gaza, Palestina, dalam konferensi internasional “Program Pembangunan Kembali Gaza Pasca Perang” pada Sabtu-Senin, 10-12 Februari 2024 ini.

Konferensi yang digelar Dewan Permusyawaratan Organisasi Islam Malaysia (MAPIM) dan Hayat Yolu di Shah Alam, Selangor, Malaysia, menyajikan informasi terkini tentang apa yang sedang terjadi di Gaza dan apa prioritas bantuan yang perlu disalurkan pasca perang.

Presiden Mapim Mohd Azmi Abdul Hamid mengatakan, Ahad (11/2) situasi di Gaza saat ini benar-benar tidak manusiawi dan tiiak akan pernah terlupakan.

Menurutnya, bencana kemanusiaan ini disebabkan oleh ulah manusia, yang disebabkan oleh agresi militer Israel dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah genosida yang terjadi secara real-time.

“Meskipun Israel harus bertanggung jawab atas kejahatan perang dan perang melawan kemanusiaan di Gaza, pembangunan kembali Gaza dan memberikan kompensasi kepada para korban atas kerugian yang mereka alami merupakan langkah yang tepat untuk menghapuskan kehancuran manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya di zaman modern ini,” tegasnya.

Baca Juga:  Ini Alasan Manusia Wajib Beribadah

“Ini bukan soal Gaza yang meminta bantuan, namun ini adalah soal tanggung jawab dan kewajiban masyarakat dunia untuk memberikan bantuan. Gaza akan berdiri bermartabat jika kita bersatu membangun kembali wilayah tersebut,” tegas Azmi lagi saat memimpin sidang perencanaan “Program Pembangunan Kembali Gaza Pasca Perang”.

Program tiga hari ini juga dihadiri perwakilan dari kedutaan negara yang terlibat dan organisasi internasional.

Perwakilan lainnya yang hadir berasal dari Inggris, Selandia Baru, Pakistan, Bangladesh, Indonesia, Lebanon, Singapura, Filipina, Thailand, Bosnia, dan negara-negara Timur Tengah.

Delegasi Indonesia sendiri dipimpin Aqsa Working Group (AWG), lembaga kemanusiaan yang berkonsentrasi pada upaya bagi pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.

Baca Juga:  AWG Lampung Gelar Nobar Film Gaza Penakluk Israel

Ketua Presidium AWG, Nur Ikhwan Abadi yang hadir bersama Ketua Maemunah Center (Mae-C) Onny Firyanti Hamidy, memaparkan inisiatif utama lembaga kemanusiaan tersebut, saat berbicara pada Sidang Perencanaan “Program Pembangunan Kembali Gaza Pasca Perang” Ahad (11/2).

Nur Ikhwan mengumumkan, AWG telah memulai program-program kemanusiaan untuk berkontribusi pada upaya rekonstruksi pascaperang di Gaza, Palestina, dengan menginisiasi pembangunan rumah sakit khusus untuk anak-anak dan perempuan “RS Ibu dan Anak Indonesia” Gaza Selatan, melalui Maemunah Center (Mae-C), sayap perempuan dari AWG.

Selain itu, Nur Ikhwan menambahkan, selama agresi Israel di Gaza, AWG terus menyalurkan bantuan masyarakat Indonesia melalui relawan lokalnya di Jalur Gaza. Bantuan yang disalurkan berupa makanan siap saji, tenda pengungsian dan kebutuhan pokok lainya.

Baca Juga:  Berqurban Amalan Utama Hari Raya Idul Adha

Saat ini jutaan warga Gaza mengungsi akibat serangan membabi buta Israel di Jalur Gaza. Mereka mengungsi dalam kondisi memprihatinkan di tengah musim dingin, kekurangan air, makanan serta obat-obatan.

Selain upaya AWG, Presiden Yayasan AIkhidmat Pakistan, Prof Dr Hafeez ur Rahman, mengungkapkan niat mereka untuk membangun rumah sakit besar di Gaza yang dilengkapi dengan perbekalan medis dan staf dari Pakistan.

Yayasan ini memiliki lebih dari 2.000 dokter senior yang telah terdaftar untuk bertugas secara sukarela di Gaza.(L/R1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Widi Kusnadi