Jakarta, MINA – Program reformasi madrasah tahun ini ada yang ditargetkan, 500 ribu siswa madrasah yang akan mendapat akses pembelajaran digital dengan teknologi terkini.
Hal tersebut ditegaskan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Muhammad Ali Ramdhani dalam Program Konsinyering Reformasi Madrasah Mewujudkan Janji Pendidikan dan Reformasi Mutu Pendidikan Madrasah (REP-MEQR) di Jakarta, Sabtu (20/2).
REP-MEQR merupakan kerjasama antara Kemenag dan Bank Dunia dengan program modernisasi tata kelola penyelengaraan pendidikan dasar dan menengah di Kemenag, pelaksanaan proyek didanai oleh Bank Dunia dengan anggaran mencapai Rp3,75 Triliun (US $ 250 juta), demikian keterangan yang diterima MINA.
“Dalam kesepakatan ini, 500 ribu siswa madrasah akan mendapatkan platform akses pembelajaran digital dengan teknologi terkini,” kata Ali.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Menurutnya, madrasah reformasi harus memenuhi seluruh lapisan masyarakat sampai ke pelosok. Reformasi ini bukan berarti mendidik siswa menjadi seorang programmer, namun mendidik siswa memiliki cara berpikir komputasi.
“Saat ini sistem sudah diciptakan dengan sangat bagus namun harus dengan budaya digital,” jelasnya.
Ia menjelaskan, digitalisasi pendidikan madrasah akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, program itu baru akan memeriksa madrasah negeri. Hal itu diharapkan dapat mendongkrak performa madrasah sebagai lembaga pendidikan berdaya saing tinggi.
Ia mengaku bahwa saat ini masih terdapat beberapa kesalahan implementasi digitalisasi madrasah, terutama di daerah pelosok. Sebab, masih ada ribuan madrasah di daerah daerah yang belum teraliri listrik.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Selain itu, banyak juga madrasah yang berada pada titik kosong jaringan internet, tentu di daerah-daerah tersebut juga masih ada guru-guru yang belum akrab dengan teknologi informasi terbaru.
“Persoalan ini tentu saja menjadi masalah mendasar bagi program digitalisasi madrasah. Untuk mengubah madrasah biasa menjadi digital, sumber listrik dan jaringan internet menjadi hal yang paling dibutuhkan,” ujarnya. (R/SH/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September